BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, Oktober 30, 2010

Laura Rodriguez, Dari Katolik Jadi Presiden Federasi Perempuan Muslim

Selasa, 08 Juni 2010, 20:17 WIB

Laura Rodriguez, Dari Katolik Jadi Presiden Federasi Perempuan Muslim
Laura Rodriguez

Islam adalah agama yang universal dan rahmat bagi sekalian alam. Islam sangat menjunjung tinggi ajaran moral dan akhlak. Seluruh inti dari ajarannya memberikan kedamaian, ketenangan, dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Selain itu, Islam tidak membeda-bedakan derajat laki-laki dan perempuan, kecuali atas dasar ketakwaannya kepada Sang Pencipta alam semesta.

Gambaran seoerti itu membuat Laura Rodriguez memilih Islam dan keluar dari Katolik. "Saya memilih Islam karena memberi saya hak-hak yang tidak diberikan oleh agama saya sebelumnya.
Islam memberikan kebebasan individu dan hak-hak hukum, hak untuk pendidikan dan pekerjaan, bahkan hak untuk hidup bersama dalam sebuah perkawinan," ujar Laura Rodriguez, tentang pilihannya memeluk Islam.

Laura tidak asal bicara. Lahir sebagai seorang Katolik dan dididik di sekolah Katolik dengan ajaran yang sangat ketat, ia sangat paham seluk-beluk agama itu. Tapi, perjalanan hidup mengantarkannya pada titik yang lain dari awal tempatnya berangkat. Saat tengah menekuni agama lamanya, Laura justru menemukan pencerahan dalam Islam. Ia menyatakan, saat ini dirinya sangat nyaman berada dalam naungan agama yang diridhai Allah ini.

Perempuan yang kini menjabat sebagai presiden Federasi Perempuan Muslim di Spanyol ini mengungkapkan, `penindasan' terhadap kaum perempuan masih berlaku hingga saat ini di negaranya yang mayoritas warganya adalah Katolik. "Para perempuan Katolik tidak dapat berkomunikasi langsung dengan Tuhan. Bahkan, sampai saat ini, perempuan Katolik di Spanyol perlu mendapatkan perizinan khusus dari suami meski hanya untuk membuka rekening bank," ujar Laura, sebagaimana dikutip muslimdaily.net.

Padahal, lanjutnya, dalam Islam seorang perempuan juga mempunyai hak untuk mendapatkan yang lebih baik, termasuk dalam membangun rumah tangga bersama suaminya. "Sebelumnya, perempuan dibatasi hanya melahirkan anak-anak. Mereka tidak berhak mengajukan perceraian bila tidak ada kecocokan dalam rumah tangga. Dan Islam, memberikan semua hak itu, yang menurut saya sangat sesuai dengan kodrat perempuan," ujar dia.

Ia menambahkan, kaum perempuan baru memperoleh hak mereka sejak negara-negara Eropa Kristen menjadi sekuler setelah Revolusi Perancis. Kondisi tersebut, kata dia, membuat pihak gereja kehilangan kekuasaannya untuk mempengaruhi masyarakat.

Meski kini Laura mengakui telah mendapatkan hak-haknya kembali sebagai seorang perempuan dalam Islam, bukan berarti tantangan dan pekerjaan berat sudah selesai. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperbaiki nasib dan kehidupan perempuan Muslim dan imigran di Spanyol. Salah satunya adalah buruh migran Muslim yang banyak mendapat kesulitan dibandingkan buruh migran lainnya yang non-Muslim.

Laura sendiri telah bekerja pada isu imigrasi selama 17 tahun terakhir.
"Kenyataan di lapangan berbicara bahwa masih banyak migran perempuan menghadapi kesulitan yang lebih dibandingkan rekan-rekan pria mereka," paparnya sebagaimana dikutip dari laman orange.co.uk.

Ia sangat menghargai pendekatan Pemerintah Spanyol saat ini yang dipimpin oleh Jose Luiz Zapatero dari Partai Buruh Sosialis, menyangkut kebijakannya terhadap Muslim. "Zapatero adalah perdana menteri pertama yang secara resmi menerima perwakilan dari komunitas Muslim dalam pemerintahannya," ungkapnya. "Dia juga yang pertama untuk memberikan dukungan keuangan untuk umat Islam dan organisasi Islam lainnya."

Akan tetapi, kata Laura, pemerintahan Zapatero belum mampu membuat kemajuan terkait isu-isu yang menyangkut agama dan kaum perempuan di Spanyol. "Saat undang-undang tentang perempuan dan isu-isu yang menyangkut agama dibahas, ternyata tidak ada perwakilan umat Islam yang diundang di sana," terang Laura. Ia menyayangkan hal itu tidak dilakukan Zapatero.

Menurut Laura, fakta di lapangan membuktikan kalau undang-undang tersebut tidak dapat melindungi hak-hak kaum perempuan, khususnya kaum perempuan imigran. Ketidakadilan itulah yang kemudian mendorong perempuan berjilbab ini berusaha keras untuk membantu dan meringankan penderitaan perempuan migran Muslim dalam mendapatkan hak-haknya.

Stigma negatif Pekerjaan rumah lain yang harus dituntaskannya, menurut Laura, adalah bagaimana menghapus stigma negatif yang selama ini kerap melekat dalam diri umat Islam. Islam di Spanyol, ungkapnya, terus dihubungkan dengan ekstremisme, terorisme, dan imigran ilegal walaupun sebenarnya sejarah dan budaya Spanyol tidak lepas dari kebesaran Islam sendiri.

Karena itu, melalui kampanye dan pameran yang digagasnya beberapa waktu lalu, Laura berupaya untuk memperlihatkan kondisi umat Islam di negaranya yang sesungguhnya. "Kami lahir di Eropa dan ber-Islam serta memeluk agama ini di Eropa. Sudah semestinya Islam juga menjadi salah satu identitas Eropa," usulnya. Usulan Laura ini dipahami oleh media Eropa sebagai salah satu pernyataan yang sangat kontroversial.

Bagi Laura, hak asasi manusia yang sering digembar-gemborkan dunia internasional hingga saat ini justru lebih banyak menciptakan masalah di Eropa. Karena di sisi lain, Eropa terus menggambarkan Islam sebagai agama yang buruk dengan menunjukkan kepada masyarakatnya contoh-contoh buruk, kolot, pemimpin yang kejam (tiran) dan lalim, serta kaum perempuan yang tertindas.

"Oleh media Eropa, Islam digambarkan sebagai agama yang kolot, kejam, dan kaum perempuannya dianggap tidak berbudaya. Padahal, perbuatan buruk seperti itu dilakukan sendiri oleh pihak Eropa terhadap masyarakatnya," terang Laura.

Laura menambahkan, "Ketika kami memegang ajaran Islam di Spanyol secara wajar, media Eropa dan Barat tidak memberi perhatian sedikit pun. Tetapi, ketika seorang pezina dirajam di negara Muslim, media Barat dengan bersemangat terus memberitakan dan menyorotinya.
Bahkan, kadang menyebut hukum Islam, seperti rajam sebagai tragedi bagi dunia," ujarnya.

Karena itu, menurut Laura, negara-negara di Eropa harus mendapatkan pendidikan dan pelajaran yang benar tentang Islam. Inilah tantangan yang dihadapi seluruh umat Islam di dunia, untuk menunjukkan wajah Islam yang ramah, damai, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Laura menjelaskan, pada dasarnya kaum perempuan Muslim di negara-negara Barat, ingin berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial di Barat. Tetapi, orang Eropa tidak membolehkannya. "Jika saya ingin mendapatkan pekerjaan atau bergabung dengan organisasi masyarakat, pasti akan ditolak karena saya memakai jilbab," tukasnya.

Seperti diketahui, media-media di Eropa bahkan sejumlah parlemen di Eropa, kini membuat sejumlah perundang-undangan yang membatasi kegiatan umat Islam. Mulai dari persoalan jilbab, pembangunan menara masjid, suara azan, hingga isu terorisme global. Berbekal pengalaman yang ada, Laura berkeinginan menunjukkan tekadnya dalam memperjuangkan kaum perempuan Muslim untuk mendapatkan hak-haknya secara adil.

Red: irf
Rep: Nidia Zuraya

Kampanye Terilhami Muhammad yang Menyemarakkan London

Kamis, 10 Juni 2010, 09:22 WIB

Kampanye Terilhami Muhammad yang Menyemarakkan London
Salah satu poster yang meramaikan kampanye Terilhami Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Hasil jajak pendapat terbaru memperlihatkan bahwa 58 persen responden kerap menghubungkan Islam dengan tindakan ekstrimis, 50 persen menghubungkan Islam dengan terorisme, dan 68 persen menilai agama Islam mendukung penindasan terhadap perempuan. Hanya 13 persen yang menghubungkan agama Islam dengan perdamaian.

Jajak pendapat mengenai citra Islam di Inggris ini digelar oleh YouGov, sebuah lembaga survei berbasis internet yang aktif di Inggris, Timur Tengah, Amerika Serikat, Jerman dan Skandinavia. Hasil jajak pendapat ini langsung mendapat tanggapan dari Exploring Islam Foundation atau Yayasan Penjelajahan Islam di Inggris.

Mereka segera menggelar kampanye yang disebut 'Terilhami Muhammad'. Tujuannya, mempromosikan Islam sebagai agama yang memiliki sumbangan positif terhadap masyarakat Inggris. Salah satu anggotanya Remona Aly menyatakan yayasannya tak bisa cuma berpangku tangan. “Tujuan kami saat ini adalah mengangkat nilai-nilai universal yang dianut umat Muslim, yakni keadilan, kasih sayang, saling pengertian dan toleransi. Inilah maksud di balik kampanye Terilhami Muhammad.'”

Beragam poster dipasang oleh Yayasan ini di berbagai penjuru London, mulai dari stasiun kereta bawah tanah, perhentian bus, hingga taksi-taksi hitam khas kota London. Salah satu contohnya poster bergambarkan seorang perempuan Muslim bertuliskan "Saya percaya akan hak-hak bagi perempuan, begitu juga Muhammad". Poster lain memperlihatkan presenter televisi kelahiran Jerman, Kristiane Backer. Posternya bertuliskan "Saya percaya akan perlindungan lingkungan, begitu juga Muhammad".

Mengenai slogan-slogan yang diusung dalam kampanye ini, Remona Aly menjelaskan, “Hidup ramah lingkungan juga menjadi salah satu ajaran Muhammad, Rasul pembawa ajaran Islam. Muhammad mengajak umat Islam untuk tidak membuang-buang air, bahkan kalaupun tinggal di pinggir sungai. Muhammad mengajak kami untuk mengamati alam, melihat elemen-elemen alam dan belajar dari itu semua, kemudian bermeditasi di tengah-tengah alam.“

Kristiane Backer adalah seorang mualaf. Ia masuk Islam sejak tahun 1995. Saat ini Backer adalah duta global untuk Yayasan Penjelajahan Islam. Tahun 2009 lalu ia meluncurkan buku biografi yang berjudul "Dari MTV ke Mekkah". Backer selalu aktif dalam mempromosikan Islam sebagai agama yang positif.

Kampanye 'Terilhami Muhammad' itu bukan berjalan tanpa tantangan. Ketua sebuah lembaga pembaruan Inggris, Douglas Murray, termasuk yang menentangnya. Murray menganggap kampanye tersebut menyesatkan. “Salah satu hal yang ingin mereka buktikan melalui kampanye ini adalah mengenai Muhammad sendiri. Ingat ini adalah tentang Muhammad dan bukan mengenai tradisi Islam sejak zaman dia, tapi mengenai Muhammad sebagai seseorang yang menghargai hak-hak perempuan. Menurut saya klaim tersebut sangat mudah dibantah. Bahkan menurut saya salah.”

Yayasan Penjelajahan Islam menyadari hal itu. Oleh karena itu, kampanye seperti ini perlu dilakukan, seperti yang dinyatakan Kristiane Backer. “Kampanye ini sekedar menunjukkan sejumlah kabar baik, menunjukan segi-segi kebenaran, merefleksikan kenyataan Islam sebagai salah satu agama utama. Sebuah agama yang sangat indah dan memuat prinsip-prinsip etika yang dijunjung tinggi, serta prinsip-prinsip spiritual. Namun tak banyak orang yang mengetahuinya.”

Red: irf
Sumber: deutsche welle

Hujan Meteor, Bagaimana Prosesnya?

Kamis, 13 Mei 2010, 17:15 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Batuan di susunan tata surya juga ikut mengorbit matahari. Suatu saat, batuan ini berpapasan dengan Bumi. Saat itu, gravitasi Bumi menarik batuan tersebut. Lalu, masuklah batuan itu ke atmosfer Bumi dan bergesekan di dalamnya.

Gesekan dengan atmosfer Bumi menyebabkan tekanan pada batuan tersebut dan menimbulkan panas.
Batuan meteor itu bisa saja menyala. "Saat meteor itu masuk ke ketinggian 100 kilometer dari permukaan Bumi, maka saat itu, volume atmosfer sangat padat dan menggesek meteorit. Semakin mendekati Bumi, tekanannya semakin tinggi," jelas Thomas Djamaluddin, pakar astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Suhu akibat gesekan pun semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan efek panas pada batuan meteor dan bisa melelehkan sebagian dari batu tersebut. Efek panas pada meteorit itu, terbawa pada saat batu tersebut jatuh ke Bumi. Djamaluddin mengatakan, efek panas batu meteorit itu tidak seperti efek pembakaran api. Efek panas meteorit itu hanya merupakan tekanan panas saja yang menghanguskan tapi bukan membakar.

Mengenai bermunculannya fenomena meteor jatuh atau meteor sporadis yang tak tentu ini, Djamaluddin mengatakan proses itu terjadi secara alami dan normal. "Fenomena ini tak terkait adanya peningkatan daya gravitasi Bumi, atau pemadatan atmosfer, efek rumah kaca, perubahan iklim atau pemanasan global, atau pun lubang ozon. Semua itu alami," tutur dia.

Selain meteorit, Djamaluddin juga mengatakan bahwa di awal Mei 2010, tepatnya Kamis (6/5) malam, terjadi fenomena hujan meteor. Hujan meteor ini berbeda dengan jatuhnya meteorit. Sedangkan hujan meteor, menurutnya, disebabkan debu-debu sisa komet yang ukurannya seperti pasir atau lebih kecil lagi. "Debu-debu ini dalam beberapa detik masuk ke atmosfer dan juga habis terbakar," ujarnya.

Red: irf
Rep: dewi mardiani

Ada Gua di Planet Mars

Selasa, 22 Juni 2010, 23:03 WIB

Ada Gua di Planet Mars
Salah satu foto Planet Mars

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA--Sekelompok murid sekolah membuat penemuan penting tentang Planet Mars. Dengan mempelajari beberapa foto tentang Mars, mereka menemukan adanya gua di planet tersebut. Dari gambar-gambar itu mereka menemukan adanya lubang Martian di atap gua yang berada di Planet Mars.

Martian adalah kata lain dari Mars. Istilah tersebut merujuk pada makhluk yang diduga berada di Planet Mars. Sebanyak 16 murid sekolah menengah yang merupakan anak didik seorang guru bernama Dennis Mitchell itu merupaka peserta Mars Student Imaging Program di Fasilitas Penerbangan Luar Angkasa Mars di Universitas Arizona.

Program tersebut mendorong para murid sekolah untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan riset juga memanfaatkan kamera yang merekam orbit Mars untuk menjawab pertanyaan itu. Temuan para murid sekolah menengah Evergreen, Cottonwood, California ini melengkapi penelitian soal Mars yang pernah digelar seorang ilmuwan dari Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat, Glen Cushing.

Menurut Cushing, gua ini terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik di Planet Mars. Di beberapa titik di saluran lava membentuk jejak di bebatuan, dan menimbulkan terowongan yang juga dikenal lava tube. Para ilmuwan belum bisa memastikan material yang tersimpang dalam terowongan itu.

Temuan lubang gua tersebut, kata Cushing, merupakan pengetahuan baru. "Ini merupakan objek kedua yang bisa dikaitkan dengan kawah Pavonis Mons," ujar dia. Pavonis Mons adalah satu dari tiga kawah di Mars. Lebih jauh dia memperkirakan lubang gua itu luasnya 190 x 160 meter persegi dengan kedalaman 115 meter.

Red: irf
Sumber: Space

Nama Muhammad Diukir di Stasiun Antariksa

Senin, 28 Juni 2010, 21:16 WIB

Nama Muhammad Diukir di Stasiun Antariksa
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA--Kelompok Muslim ilmuwan tengah merancang proyek besar di luar angkasa. Mereka hendak meluncurkan stasiun antariksa bernama Muhammad I tahun 2013 mendatang. Nama ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW.

"Ini adalah jawaban sains untuk dunia agar tidak lagi membuat stereotip negatif tentang Nabi Muhammad SAW," ujar seorang ilmuwan Kanada kelahiran Maroko yang terlibat dalam proyek tersebut, Radhouane Fakir, seperti dikutip Gulf Daily News. Proyek ini, menurut dia, bukan hanya berlangsung satu kali, tapi bakal berkelanjutan.

Setelah sukses meluncurkan stasiun antariksa Muhammad I, kata dia, kelompok Muslim ilmuwan ingin meluncurkan stasiun antariksa Muhammad II. "Muhammad II akan kami luncurkan tahun 2015," tutur dia. Menurut Fakir, proyek ini juga dijalankan untuk menunjukkan bahwa dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, umat Islam akan berkembang kemampuannya.

Stasiun luar angkasa ini, imbuh dia, juga ditujukan untuk mengingatkan kepada dunia akan pentingnya peran Nabi Muhammad SAW bagi tumbuhnya peradaban manusia. Peluncuran stasiun Muhammad I akan menelan biaya sebesar 100 juta dolar AS dan peluncuran stasiun Muhammad II diperkirakan menelan dana 1 miliar dolar AS.

Red: irf
Sumber: Gulf Daily News

Tanda-tanda Kebangkitan Sains di Dunia Islam

Selasa, 29 Juni 2010, 23:05 WIB


Tanda-tanda Kebangkitan Sains di Dunia Islam
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Cerita menyenangkan tentang perkembangan sains di dunia Islam ditulis oleh Jurnal Ilmiah News Scientiest. Laporan itu mengungkapkan bahwa saat ini, simbol-simbol kebangkitan sains di dunia Islam mulai terlihat. Tanda-tanda kebangkitan itu pun didokumentasikan dalam laporan berjudul Atlas Proyek Inovasi dan Sains di Dunia Islam, yang diterbitkan Royal Society London.

Menurut laporan itu, negara-negara seperti Arab Saudi, Qatar, dan beberapa wilayah lain, akan sangat berpengaruh bagi perkembangan sains di masa mendatang. Arab Saudi, baru saja mendirikan Universitas Sains dan Teknologi King Abdullah, dengan biaya 20 miliar dolar AS. Sedangkan Qatar baru saja membangun Kota Pendidikan di pinggir kota Doha. Tujuh universitas terkemuka di Amerika Serikat (AS) menjadi penghuni Kota Pendidikan itu.

Sedangkan Abu Dhabi, baru saja membangun kota pertama di dunia yang sepenuhnya memanfaatkan energi terbarukan. Kota ini bisa dihuni 50 ribu orang dan menghidupi 1.500 pengusaha yang bergerak dalam bidang industri terbarukan.

Dunia Islam, mulanya punya tradisi sains yang sangat berkembang. Tapi belakangan, tradisi itu surut. Di tahun 2005, jurnal ilmiah yang diterbiktkan oleh 17 negara Arab, masih kalah banyak dibanding karya ilmiah yang dihasilkan oleh Universitas Harvard, AS. Kenyataan ini kemudian mendorong negara-negara Islam yang kaya minyak untuk mengivestasikan sebagian kekayaannya guna mengembangkan sains.

Hasilnya, kini mulai terlihat. Lembaga PBB yang mengurusi masalah kebudayaa, Unesco, melaporkan bahwa saat ini 13 negara Islam di dunia punya persentase kelulusan perempuan saintis yang lebih tinggi dibanding AS. Di Arab Saudi, kini 58 persen peserta didik adalah perempuan.

Red: irf
Sumber: News Scientiest

Islam Masuk ke Indonesia Sejak Zaman Majapahit?

Selasa, 29 Juni 2010, 13:42 WIB

Islam Masuk ke Indonesia Sejak Zaman Majapahit?
Kapal armada laut Kerajaan Majapahit, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Islam masuk ke Indonesia atau nusantara bukan sejak masa Kerajaan Demak. Namun, Islam masuk ke nusantara jauh sebelum masa itu.

Fakta itu diungkapkan penulis, Herman Sinung Janutama, dalam bukunya yang akan diluncurkan Kamis (1/7) lusa, menjelang Muktamar Seabad Muhammadiyah di Yogyakarta. Buku setebal 230 halaman itu diharapkan bisa diluncurkan oleh mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Syafii Maarif, di Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta.

''Sebetulnya Islam mulai berkembang di Indonesia sejak zaman Majapahit sehingga diharapkan buku ini nanti bisa untuk pertimbangan dimasukkan dalam kurikulum sejarah, khususnya di sekolah Muhammadiyah dan menjadi ciri khas Muhammadiyah,'' kata Herman kepada Republika di Yogyakarta, Selasa (19/6).

Rencananya, Herman akan menulis masalah ini dalam tiga jilid buku yang semuanya diharapkan tuntas akhir tahun nanti. ''Kalau data-datanya sudah terkumpul semua, tinggal menuliskan alurnya yang mudah dan dipahami masyarakat saat membaca,'' ucapnya.

Herman memberikan sedikit informasi bukunya itu. Pada buku jilid kedua, dia akan memaparkan perkembangan zaman pemerintahan Hayam Wuruk dengan membaca ulang kitab Negara Kertagama. Sedangkan jilid ketiga tentang Kerajaan Majapahit di masa akhir.

Dikatakannya, selama ini sejarah konvensional yang berkembang di Indonesia menyebutkan bahwa Islam mulai berkembang di Indonesia sejak zaman Kerajaan Demak. ''Sedangkan buku yang kami tulis yang datanya kami dapatkan dari berbagai sumber seperti peninggalan leluhur berupa Babad Majapahit, situs-situs di candi, makam dan masjid yang ada sejak zaman Majapahit, cerita dari para sesepuh Jawa terutama pensiunan abdi dalem keraton, dan dalang menyatakan bahwa Kerajaan Majapahit itu Islam, bukan Hindu,'' paparnya.

''Saya sendiri membaca Babad Majapahit yang kami dapatkan di Mlangi dalam aksara Jawa, juga menunjukkan hal itu,'' ungkap Herman.

Red: Budi Raharjo
Rep: Neni Ridarineni

Asal Usul Penyaliban Yesus yang Ditentang Islam (2-habis)

Selasa, 29 Juni 2010, 19:27 WIB

samanthakrieger.wordpress.com
Asal Usul Penyaliban Yesus yang Ditentang Islam (2-habis)
Salib yang kini menjadi lambang umat kristen sebagai simbol penyaliban Yesus bagi umat kristiani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Prihal kebenaran proses penyaliban yang banyak diyakini kaum kristiani, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Adian Husaini mengatakan, berdasarkan catatan sejarah tidak satupun dari murid Yesus yang melihat peristiwa itu berlangsung.

Namun, cerita yang berkembang dalam injil Markus, Matius, Yohannes ataupun Petrus berlandaskan dua hal yakni cerita yang berkembang di Masyarakat dan Maria Magdalena.

"Masalah penyaliban itu merupakan hasil terkaan yang berasal dari cerita masyarakat dan Maria Magdalena. Penulis buku Da Vinci Code, Dan Brown menyatakan Maria itu istrinya yesus," ujar Adian.

Jadi, lanjutnya, melalui Maria inilah awal cerita kebangkitan Yesus. Ia yang melihat sendiri jenazah yesus tidak ada, dan kemudian bercerita tentang penampakan Yesus dihadapan murid-muridnya. Dari situlah muncul cerita kepercayaan Yesus bangkit untuk menebus dosa manusia," paparnya.

Meski begitu, Adian mengakui tradisi penyaliban memang telah diberlakukan di seluruh wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi termasuk Palestina. Hukuman disalib merupakan bentuk hukuman paling hina di zamannya lantaran orang-orang yang disalib merupakan penjahat rendahan.

Hukuman ini, kata Adian, sangat sadis. Mayat dibiarkan menggelantung dan membusuk hingga dimakan burung pembangkai. "Seiring berjalannya waktu, hukuman ini tidak lagi berlaku dan ditinggalkan," ungkapnya.

Kebangkitan

Tak hanya masalah kebenaran Yesus disalib, perdebatan juga muncul ihwal kedatangan Yesus di dunia. Adian mengungkap perdebatan ini kerap terjadi dikalangan Nasrani.

Beberapa aliran dalam agama tersebut percaya, Yesus telah ada di dunia, sebagian lain mengatakan Yesus bakal bangkit 2050 dan keyakinan yang paling keras adalah Yesus akan datang ke dunia setelah orang-orang Yahudi kembali ke tanah yang dijanjikan, Palestina.

"Ada kepercayaan kristen fundamentalis yang meyakini salah satu tandanya munculnya Yesus adalah kembalinya orang yahudi ke tanah yang dijanjikan. Karena itu, Nasrani fundamentalis di AS begitu mendukung pendudukan Israel di Palestina. Sebab itu syarat kedatangan yesus," ungkapnya.

Ihwal hubungannya dengan umat Islam, Adian mengatakan umat Islam hanya perlu merujuk pada Al-Quran dan Hadist. Alasannya, Al-Quran secara jelas memaparkan Nabi Isa merupakan bagian dari sejarah, bagi yang percaya terhadap nabi Muhammad SAW dan Al-Quran yang dibawanya, maka persoalan itu bukanlah masalah besar. Ia mengakui Quran tidak menjelaskan secara detail kapan Nabi Isa kembali ke dunia.

Namun, Quran mengatakan setelah diangkat ke langit Nabi Isa akan kembali ke dunia untuk melanjutkan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW . "Sekarang tinggal pilih, Anda muslim atau tidak. Kalau muslim, Anda seharusnya percaya Nabi Isa itu manusia biasa, Nabi yang mengajarkan cara menyembah kepada Tuhan," pungkasnya.

Red: Ririn Sjafriani
Rep: agung sasongko

Asal Usul Penyaliban Yesus yang Ditentang Islam (1)

Selasa, 29 Juni 2010, 19:09 WIB

samanthakrieger.wordpress.com
Asal Usul Penyaliban Yesus yang Ditentang Islam (1)
salib yang kini menjadi lambang umat kristen sebagai simbol penyaliban Yesus bagi umat kristiani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebenaran Yesus Kristus disalib oleh tentara Romawi menyisakan perdebatan. Sebelumnya, John Dominic Crossan, mantan pastor Katolik Irlandia pernah menuliskan sebuah buku yang isinya mengkritik dan mempertanyakan kebenaran penyaliban Yesus.

Terakhir, seorang teolog bernama Teolog Gunnar Samuelsson menulis tesis yang isinya kebenaran penyaliban yesus terkendala masalah deskripsi yang hilang dari sejumlah literasi kuno (injil).

Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Adian Husaini menuturkan Islam secara tegas mengatakan Nabi Isa AS (dalam kepercayaan islam) atau dalam kepercayaan Nasrani disebut Yesus Kristus tidak meninggal karena disalib atau dibunuh tentara Romawi melainkan ada seseorang yang diserupakan menjadi Nabi Isa As.

"Terdapat banyak ayat dalam Quran yang menerangkan hal ini. Sebelum Islam lahir, teologi Nasrani memang sudah mencapai bentuknya dimana agama tersebut menyakini dua konsep dasar yaitu penyaliban yesus (crucifixion) dan kebangkitan (resurrection)," ujarnya kepada Republika Online, Selasa (29/6).

Ia menjelaskan, konsep dasar itu terbentuk dalam suatu Konsili Nicea. Konsili merupakan dewan uskup dari berbagai wilayah di masa Kekaisaran Romawi yang mengadakan sidang di Nicea atau Iznik, suatu daerah di Turki yang termasuk dalam kekaisaran Romawi.

Kala itu, lanjut Adian menjelaskan, Konsili Nicea dibentuk menyelesaikan perbedaan pendapat dalam Gereja Aleksandria mengenai hakikat Yesus dalam hubungannya dengan Sang Bapa, khususnya, mengenai apakah Yesus memiliki substansi yang sama dengan Tuhan Bapa ataukah sekedar memiliki substansi yang serupa belaka dengan Tuhan Bapa.

Adian bercerita, St. Aleksander dari Aleksandria dan Athanasius berpegang pada pendapat yang pertama sedangkan seorang presbiter populer bernama Arius, yang dari namanya muncul istilah Arianisme, berpegang pada pendapat yang kedua. Konsili memutuskan bahwa pendukung Arius telah keliru dan kemudian ajarannya diasingkan oleh Gereja.

Ia menambahkan, hasil lain dari konsili ini adalah kesepakatan mengenai waktu perayaan Kebangkitan Kristus (Paskha dalam Bahasa Yunani; Paskah dalam Bahasa Indonesia), hari raya terpenting dalam kalender gerejawi. "Dari konsili Nicea, syahadat Nasrani dimana Yesus disalib dan menjadi Tuhan anak diberlakukan," ungkapnya.

Menurut Adian, Al-Quran mengkritik sangat keras kepercayaan itu. Kritikan itu termaktub dalam satu ayat yang menerangkan bahwa pengakuan Nabi Isa sebagai anak Tuhan adalah kemungkaran besar. Sebabnya, Islam sedari awal kelahirannya memposisikan Nabi Isa As sama seperti Nabi-nabi sebelumnya, Nabi yang sengaja diutus kepada setiap bangsa untuk mengajarkan cara menyembah Allah.

"Dalam surah Al-Maidah, dikatakan, sungguh telah kafirlah mengatakan Allah satu dari yang tiga. Kehadiran Quran merupakan usaha mengoreksi Injil secara mendasar," ungkapnya.

Red: Ririn Sjafriani
Rep: agung sasongko

Peter Sanders, Raja Fotografi yang Menemukan Islam

Rabu, 30 Juni 2010, 21:49 WIB

Peter Sanders, Raja Fotografi yang Menemukan Islam
Peter Sanders

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--"Fotografi telah mengenalkan Islam kepada Barat," begitu kata Peter Sanders, fotografer kelas dunia yang juga pemilik Peter Sanders Photography Library seperti dikutip harian Al-Watan edisi 29 Januari 2008. Sanders menyatakan bahwa masyarakat Barat banyak yang tak tahu dan tak mengenal Islam secara benar.

Namun, peristiwa 11 September 2001 telah membawa masyarakat Barat untuk mengetahui Islam yang sebenarnya secara lebih mendetail. Termasuk, melalui hasil karya seni atau fotografi, seperti yang dihasilkannya. Karena, menurut Sanders, hasil fotografi yang indah akan lebih cepat memperkenalkan Islam kepada masyarakat Barat.

Sebagai salah satu fotografer legendaris dan ternama, Sanders terbilang unik. Ia tak pernah mengenyam pendidikan fotografi, sebagaimana umumnya para fotografer profesional. Sanders hanya belajar fotografi secara autodidak.

Kursus fotografi pertama Sanders justru dilakukan akhir 1990 di Swiss atau tiga dasawarsa setelah ia malang melintang di jagat fotografi. "Itu pun karena saya mendapat proyek di Arab Saudi yang menuntut penggunaan kamera format besar," tuturnya. Sanders muda mengaku sering kesulitan uang. Tapi, ia berani berspekulasi dengan menjadi seorang fotografer. Ia menjajakan karya-karyanya ke penerbitan, koran, majalah, atau sampul album musik.

Sanders mengaku terjun ke dunia fotografi hanya menuruti panggilan hatinya. Sebab, ia tak memiliki kemampuan dan keahlian yang bisa diandalkan. Lantaran hobi, ia merasa bakal mampu survive di dunia fotografi kendati tanpa harus memiliki titel mentereng.

Saat ini, Sanders memiliki Peter Sanders Photography Library. Ini semacam pepustakaan yang mendokumentasi karya Sanders sepanjang 39 tahun kariernya di dunia Muslim. Ada lebih dari 250 ribu foto dalam bentuk digital di situ. Ia menjualnya untuk keperluan majalah atau buku-buku tentang Islam.

Dunia fotografi profesional sudah Sanders tekuni lebih dari 50 tahun lamanya. Namun, tidak demikian dengan dunia spiritualnya saat ini. Sang fotografer kawakan kelahiran London, Inggris, 64 tahun silam ini memang tidak dilahirkan dari keluarga Muslim. Agama Islam sendiri baru dikenalnya pada saat ia melakukan perjalanan ke India pada 1970.

Ia mulai berkarier dalam dunia fotografi pada pertengan tahun 1960-an. Saat itu, fotografi yang sedang ngetrend adalah mengabadikan bintang-bintang musik terkenal. Begitu juga dengan Sanders. Ia berdiri di bibir panggung para superstar hanya untuk mengabadikan aksi panggung Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors, The Who, atau Rolling Stones.

Namun, Sanders merasa jiwanya kering. Kejenuhan akan objek yang itu-itu saja dan persepsinya terhadap fotografi akhirnya membawa dia pada sebuah perjalanan yang rumit. Ia merasa dunia fotografi semakin tak menantang. Hal itu membuatnya semakin gelisah. Maka, pada 1970, ia mengembara hingga ke India.

Perjalanan ini pun membawa Sanders pada dunia yang belum pernah dikenalnya. Ia mulai mengenal Islam dan mencoba mempelajarinya. Semakin lama, ia makin terpesona dengan keindahan Islam. "Ketika itu, usia saya baru menginjak 24 tahun. Saya bertanya tentang mati. Usaikah diri kita setelah mati? Pertanyaan itu terus menghantui saya. Saya pergi ke India. Saya belajar Hindu, Buddha, Sikh, dan Islam," ungkapnya mengkisahkan awal mula perjalanannya menemukan Islam.

Saat berada di India, Sanders mengalami peristiwa yang amat berkesan. Pada suatu pagi, saat tengah menunggu kereta api di stasiun yang penuh dengan orang dan hiruk pikuk keramaian, seorang ibu tiba-tiba menggelar tikar di dekatnya. Ibu tersebut lantas melakukan gerakan shalat di situ. Hal ini mengejutkan Sanders. Sebab, selama ini dia memang belum pernah melihat orang shalat.

Kemudian, Sanders bertanya kepada seorang anak muda yang berdiri di dekatnya. "Apakah ini?" Anak muda tersebut menjawab, "Ini nenek saya. Dia seorang Muslim. Ia sedang shalat." Momen tersebut terus terekam dalam ingatannya.

Setelah perjalanan ke India tersebut, ia kembali ke Inggris dan mendapati teman-teman lamanya banyak yang terjerumus dalam penggunaan narkoba. Namun, beberapa orang temannya ada yang menjadi Muslim dan terhindar dari dunia narkoba dan kehidupan malam. Dari sini, ia seakan mendapatkan petunjuk. "Inilah jalan yang harus saya tempuh." Begitu batinnya mengatakan. Akhirnya, ia memutuskan masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abd al-Adheem.

Di sebuah koran beberapa tahun lalu, Sanders membuka rahasia mengapa ia memilih Islam. Menurutnya, tak ada yang menariknya kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, selain yang menciptakan manusia. "Tuhanlah yang memilihkan untuk saya," katanya.

Maka, seusai mendeklarasikan keislamannya ini, Sanders tampak makin bersahaja. Ia tak lagi merasa kering dan gersangnya hati. Islam memberi roh pada pekerjaannya. Islam juga mengilhaminya pada sebuah jalan baru untuk makin menekuni dunia fotografi, namun dengan objek yang berbeda.

Tahun itu juga, Sanders memutuskan pensiun menjadi fotografer selebriti. Ia memulai pengembaraannya ke negeri-negeri Muslim. Tiga bulan setelah masuk Islam, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Makkah atas biaya dari seorang kenalannya.

Saat menunaikan ibadah haji, Sanders mendapat kesempatan untuk memotret Ka'bah dan lautan jamaah haji dari jarak dekat. Pada tahun 1971, saat itu masih terbilang sulit untuk bisa mengambil gambar di Makkah dan Ka'bah pada khususnya serta lokasi lain di Arab Saudi.
Namun, berkat keuletannya, dia mendapatkan izin dari orang yang tepat dan terpandang di Arab Saudi saat itu.

Foto-foto perjalanan spiritualnya dimuat di media-media utama Barat untuk pertama kalinya, seperti The Sunday Times Magazine dan The Observer. Dan, mulai saat itulah, Peter Sander alias Abd AlAdheem makin terkenal.

Red: irf
Rep: Nidia Zuraya

Kristiane Backer, Menemukan Islam dan Quran yang Begitu Rasional

Rabu, 07 Juli 2010, 13:45 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Berawal dari ketertarikan mengkaji Islam melalui diskusi bersama sang suami, mantan presenter MTV, Kristiane Backer, menemukan Islam sebagai agama yang logis dan rasional. Menurut dia, Islam berpihak kepada perempuan dan laki-laki.

Dia menambahkan, dalam Islam, perempuan telah memiliki hak untuk memilih pada tahun 600 Masehi. Perempuan dan laki-laki di dalam Islam pun berpakaian dengan cara yang sopan.

Kristiane Backer lahir dan tumbuh dewasa di tengah keluarga Protestan di Hamburg, Jerman. Kariernya sebagai presenter dimulai pada usia 21 tahun. Kala itu ia bergabung dengan radio Hamburg sebagai wartawati. Dua tahun kemudian, ia terpilih sebagai presenter MTV Eropa di antara ribuan pelamar. Dunia yang dipilihnya itu, mengantarkan Kristiane bertemu dengan banyak pesohor dari berbagai negara. Ia pun merasakan sebuah kehidupan yang glamor. Di tengah kehidupan glamornya, ia mengalami keguncangan spiritual.

Kemudian di tahun 1992, Kristiane bertemu dengan Imran Khan, yang akhirnya menjadi suaminya. Imran Khan adalah anggota tim kriket Pakistan. Pertemuan itu adalah yang pertama kali antara Kristiane dengan seorang bintang yang beragama Islam. Kristiane dan Khan senantiasa berdiskusi tentang Islam.

Saat mengkaji agama samawi itu bersama suami, Kristiane menemukan Islam dan Quran yang begitu rasional. Ia mengaku apa yang dikatakan lingkungan dan orang-orang terdekatnya cenderung salah tentang Islam. Ia menilai Islam begitu menjunjung tinggi hak-hak wanita, yang sekarang tengah diperjuangkan di seluruh dunia. Jauh sebelumnya, Islam telah menjunjung tinggi hak-hak wanita sejak ratusan tahun yang lalu.

Semenjak itu, Kristine secara perlahan mulai menyesuaikan kehidupannya dengan nilai-nilai Islam. Akhirnya, ia menerima Islam setelah mengucap syahadat. Ia pun mempelajari shalat lima waktu dan berpuasa Ramadhan, sebagaimana kewajiban Muslim pada umumnya.

Meski begitu, keputusannya masuk Islam menuai berbagai macam cobaan. Saat itu, Kristiane tidak lagi dipercaya menjadi presenter. Tak hanya itu, kawan-kawan dan kerabatnya pun mengucilkannya. Beruntung, kedua orang tua Backer tak mempermasalahkan jalan hidup yang dipilih anaknya itu. Bahkan, suasana keluarganya kian hangat oleh diskusi-diskusi seputar keislaman.

Courtesy by YouTube

Red: Sadly Rachman
Rep: Agung Sasongko

Di Honduras, Islam Tiba Melampaui Columbus

Senin, 19 Juli 2010, 14:43 WIB

Di Honduras, Islam Tiba Melampaui Columbus
Peta Honduras, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejarah dunia kerap mengagungkan nama Christopher Columbus sebagai orang pertama yang menemukan benua Amerika. Akan tetapi, beberapa sumber kesejarahan merekam kehadiran umat Islam dari Timur Tengah dan Afrika yang telah berlangsung sejak berabad silam ke wilayah tersebut, jauh melampaui sebelum Columbus.

Adalah putra Columbus sendiri, yang bernama Ferdinand, mengungkapkan temuan ayahnya ketika sampai di wilayah utara dan timur Honduras. Kala itu, sang penjelajah asal Spanyol menyaksikan keberadaan orang-orang hitam asal Afrika. Mereka kerap disebut sebagai orang Jaras dan Guabas. Nama ini kemungkinan memiliki kaitan dengan nama sebuah kota di Ghana, yakni Jarra.

Sedangkan kata Guabas, menurut sejumlah sejarawan, bisa dikaitkan dengan kata Kabah atau Kubba, yang notabene merupakan kiblat umat Muslim yang terletak di Tanah Suci Makkah. Maka itu sangat beralasan bila penduduk asal Afrika itu adalah pendatang asal Mali yang sudah memeluk agama Islam yang datang setelah kejatuhan Andalusia.

Beberapa komunitas Muslim di Honduras pada abad 16 dan 17, kerap menyebut diri mereka dengan istilah Almamys. Ini merujuk pada tempat asal mereka dari Spanyol. Mereka nampaknya juga memiliki kaitan erat dengan penduduk Muslim asal Afrika yang ditemui Columbus di kawasan utara dan timur.

Sejarawan Giles Cauvet dalam 'Les Berberes de l'Amerique' melakukan studi perbandingan etnografi antara pendatang dari Afrika, Timur Tengah dan warga asli Amerika. Menurutnya, komunitas yang menamakan diri sebagai Almamys hanya sedikit menjalin kontak dengan ekspedisi Columbus. Istilah itu sendiri dapat ditemukan pada literatur-literatur Islam kuno dari abad 12. '’Bila merujuk pada bahasa Mandinka Mali kuno, istilah tadi memiliki pertautan dengan kata /al Immamu/ yang berarti seorang imam, atau pemimpin,’’ jelasnya.

Demikian pula dalam buku terkenal berjudul 'Nuzhat al Musthaq fi Isthiraq al Afaq' karya sejarawan Muslim terkemuka al Idrisi pada abad 12, menceritakan perjalanan laut satu kelompok umat Islam berjumlah delapan orang. Mereka berlayar dari Afrika Utara dan singgah di Lisbon, Portugal. Setelah menempuh perjalanan selama 31 hari, akhirnya mereka sampai di wilayah yang diyakini sebagai kepulauan Karibia. Selanjutnya mereka mengembara kembali sebelum sampai ke wilayah Amerika Tengah.

Red: Budi Raharjo
Rep: Yusuf Assidiq

Darren Cheesman, Hidayah untuk Bintang Hoki Inggris

Selasa, 13 Juli 2010, 10:39 WIB

Darren Cheesman, Hidayah untuk Bintang Hoki Inggris
Daren Cheesman (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Dengan jari telunjuk kanan menunjuk ke arah langit, pekikan kalimat Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar meluncur dari bibir Darren Cheesman. Bukan acungan jari telunjuk kanan yang menjadi semangat, melainkan sepenggal kalimat yang keluar dari mulut Darren menyambut perayaan kemenangan tim nasional hoki Inggris usia 21 (U-21) dalam ajang Olimpiade Junior 2007 di Sydney, Australia.

Tentu saja, kemenangan itu bagi Darren terasa menyenangkan. Selain menjadi ajang perpisahannya dengan dunia olahraga hoki yang selama ini telah membesarkan namanya, perayaan tersebut juga menjadi awal langkahnya menuju kehidupan baru. Sebuah kehidupan baru yang dilakoninya dalam delapan bulan terakhir.

Ya, dia adalah seorang mualaf. Sebagaimana dilansir laman muslimnews.co.uk, sejak memutuskan memeluk Islam pada awal 2007, sikap Darren di lapangan serta gaya hidupnya berubah drastis. Perubahan itu pula yan membuat semua prioritas dalam kehidupannya berubah.

Jika dahulu, karier sebagai pemain hoki menjadi prioritas utama dalam kehidupan Darren, kini tidak lagi. Ia menyadari betul bahwa dunia hoki internasional bukanlah gaya hidup yang paling cocok untuknya. "Saya ingin belajar lebih banyak tentang agama dan saya perlu waktu untuk melakukannya," ujar Darren mengutarakan alasannya untuk pensiun dari dunia hoki profesional.

Para penggemar hoki di Inggris mungkin tidak akan lagi melihat aksi memukau Darren di lapangan. Yang ada di hadapan Anda saat ini adalah seorang pria kantoran dengan kemeja dan dasi melekat di tubuhnya. Pria kelahiran Hackney, London, 23 Februari 1986, ini memutuskan berhenti menjadi atlet hoki profesional dan lebih memilih berkarier sebagai account senior manager pada sebuah perusahaan penjualan ternama d Inggris. Padahal, usianya saat itu masih terbilang muda, yakni 21 tahun.

Dunia olahraga hoki baru ditekuni Darren saat usianya menginjak 11 tahun. Saat itu, Arsenal's Sporting Community tengah menyelenggarakan program pencarian bakat dalam bidang olahraga.
Bukan kepada olahraga sepakbola, namun hatinya justru tertambat pada olahraga hoki. Akhirnya, ia pun dikirim ke sebuah klub hoki untuk mengikuti program pelatihan selepas pulang sekolah.

Kepiawaian dalam bermain hoki membuat Darren diminta bergabung dalam tim hoki Kota Islington, di bawah asuhan Freddie Hudson, seseorang yang akan memainkan peran dalam kehidupan Darren. "Dia sudah seperti ayah bagi saya. Ia menggantikan sosok ayah yang tidak pernah ada di samping saya, ibu, dan adik saya," ungkap Darren mengenai sosok Hudson.

Pada usia 16, Darren memulai karier profesionalnya sebagai pemain hoki dengan bergabung ke salah satu klub Divisi 1 Liga Nasional Inggris, Old Loughtonians Hockey Club, dengan menempati posisi sebagai gelandang. Karier yang cemerlang di Old Loughtonians Hockey Club membuatnya dilirik oleh salah satu klub Liga Utama Hoki Inggris, East Grinstead Hockey Club. Saat memperkuat East Grinstead Hockey Club ini, Darren terpilih sebagai Premier League Player of the Year pada 2004.

Hijrah ke Belanda Prestasi gemilang yang diraihnya ini membuat klub elite hoki asal Belanda, Oranje Zwart, meminangnya. Ia g menghabiskan setahun bermain di sana. "Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya bermain untuk Oranje Zwart. Beberapa pemain terbaik telah bermain di sana, termasuk pemain terbaik di dunia," ujarnya. Saat bermain untuk Oranje Zwart inilah, ia berkenalan dengan Shahbaz Ahmed, legenda hoki Pakistan. Di dunia olahraga hoki, keandalan Shahbaz dalam menggiring bola tidak lagi diragukan.

Sepanjang kariernya, Shahbaz telah menerima berbagai penghargaan bergengsi dunia. Karena itu, tak mengherankan jika sosok atlet hoki berdarah Pakistan ini menjadi salah satu inspirator dalam kehidupan Darren.

"Anak-anak bermain sepak bola di taman bermain sambil berpura-pura seakan menjadi pemain sepak bola favorit mereka. Sementara itu, saya dan teman-teman berpura-pura menjadi Shahbaz dan itu masih kami lakukan," kata Darren. Ketika memperkuat Oranje Zwart, Darren banyak berhubungan dengan teman-teman satu klubnya yang datang dari latar belakang dan budaya yang berbeda. Tidak mudah bagi Darren untuk bisa berbaur dengan mereka.

Justru di tengah-tengah perbedaan tersebut, ia menemukan perasaan damai dan bersahabat jika berbaur dengan teman-teman Muslimnya. Dan, sejak saat itu, ia mulai tertarik dan banyak bertanya mengenai Islam kepada rekan timnya. Keputusannya untuk memeluk Islam justru datang menjelang akhir karier Darren di dunia hoki internasional.

Selepas memperkuat tim nasional Inggris pada ajang Olimpiade Junior 2007 di Sydney, ia memutuskan untuk pensiun. "Saya sudah tertarik dengan Islam selama tiga tahun terakhir karena orang-orang di sekitar saya. Islam menjawab pertanyaan yang saya miliki dalam hidup saya dan juga pertanyaan yang belum ada di sana. Rasanya, saya telah menemukan jawaban atas segalanya dan saya tahu bahwa itu adalah kebenaran."

Sebagai seorang Muslim, ia mengakui meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW. "Saya mencoba untuk mengikuti apa yang dicontohkan Nabi Muhammad. Dia tidak pernah sedikit pun membalas orang-orang yang telah menyakitinya. Saya mencoba untuk mengikuti contoh itu dan tetap tenang di lapangan," ujarnya.

Darren mengakui, agama Islam memberikan pengaruh besar dalam kehidupannya. Jika dahulu mudah tersinggung dengan ucapan lawan bicara, kini ia dengan sopa menyambut kritikan dan sindiran yang dialamatkan padanya.

"Saya jauh menjadi lebih tenang. Sebelumnya, ketika seseorang terus melakukan hal buruk, saya benar-benar panas dan marah. Termasuk, ketika saya harus berhadapan dengan pemain dari tim lawan," tambah Darren. Baginya, Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan kedamaian dan persahabatan. Karena itu, tidak boleh ada yang merusaknya.

Red: irf
Rep: Nidia Zuraya/Syahruddin

Joe Dobson Menemukan Islam Melalui Quran

Selasa, 20 Juli 2010, 15:54 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Kendati citra umat islam di dunia berubah lantaran tragedi 11 September 2001 di New York, komunitas Islam di Inggris tidak mengalami dampak yang berarti . Bahkan, komunitas tersebut kian berkembang pesat dan diharapkan menjadi pembuka jalan bagi pemulihan citra Islam di dunia Barat.

Seperti diberitakan laman Islam for Today, perkembangan masyarakat Muslim Inggris tidak sebatas sebagai komunitas imigran. Sejumlah warga asli Inggris, baik kalangan bangsawan maupun orang terpandang di negara itu, justru banyak yang memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. Salah satu bukti kecenderungan itu adalah masuknya Joe Ahmed Dobson, putra mantan Menteri Kesehatan Inggris Frank Dobson, sebagai bagian dari komunitas Islam Inggris.

Joe lahir dan besar di lingkungan keluarga pemeluk Kristen yang taat. Seperti kebanyakan warga Inggris, Joe memilih menjadi seorang agnostik atau orang yang tak peduli keberadaan Tuhan dan akhirat. Bahkan Joe yang kelahiran tahun 1975 ini pernah menganggap Islam sebagai agama yang identik dengan hal negatif.

Seiring perjalanan waktu, pandangan itu mendadak berubah ketika ia diberikan Alquran berbahasa Inggris dari seorang temannya. Usai membaca Alquran, persepsi Joe pun berubah. Menurut dia, Islam tidak menghalangi laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Selain itu, Joe juga melihat Alquran mengajarkan seorang Muslim untuk memperlakukan setiap orang dengan penuh hormat.

Kekaguman Joe terhadap Islam mencapai puncaknya ketika ia berkunjung ke Indonesia tahun 1992. Dalam perjalannya, Joe menyaksikan secara langsung bagaimana kehidupan umat Islam di Indonesia. Sekembalinya dari Indonesia, Joe Dobson mulai tertarik untuk mempelajari Islam lebih mendalam. Beruntung, ketika berkuliah di Universitas Manchester, ia memiliki banyak teman dari kalangan Muslim. Karenanya, ia bisa banyak bertanya mengenai Islam. Begitu juga dengan buku-buku dan literatur-literatur mengenai Islam, banyak tersedia di perpustakaan kampusnya.

Tepat Januari 1998, dengan keyakinan sepenuh hati, ia memutuskan menjadi seorang Muslim. Bertempat di sebuah masjid di utara Kota London, Joe Dobson bersyahadat di hadapan jamaah masjid tersebut. Sayangnya, tantangan terbesar yang dihadapi setelah memutuskan masuk Islam adalah keluarganya, terutama sang ayah. Ia pun untuk sementara waktu memutuskan untuk menyembunyikan keislamannya.

Setelah menjadi Muslim, Joe Ahmed Dobson terbilang cukup vokal dalam menyuarakan kepentingan Islam. Ketika pasukan AS dan negara-negara sekutunya melakukan invasi ke Afghanistan, ia mengeluarkan kritikan pedas. Joe juga dikenal aktif di beberapa organisasi Muslim yang berbasis di London. Antara lain, ia pernah menjabat sebagai Ketua Muslim Council of Britain’s Regeneration Committee dan direktur Interim London Muslim Care. Di luar aktivitasnya sebagai pengurus organisasi Muslim, ia juga terlibat secara aktif dalam beberapa kampanye antinarkoba yang digagas oleh komunitas Muslim Inggris.

Courtesy by YouTube

Red: Sadly Rachman
Rep: Agung Sasongko

Geliat Orientalis dan Misi Kristen

Sabtu, 25 September 2010, 15:04 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setelah menyelesaikan studi S-2 di University of Melbourne, Jeffery berangkat ke India untuk menjalankan misi kristenisasi. Jeffery berprofesi sebagai dosen di kolej Kristen Madras (Madras Christian College), India. (John S. Badeau, “Arthur Jeffery-A Tribute”, The Muslim World 50 (1960)).

Di kolej tersebut, Jeffery bertemu sekaligus berteman akrab dengan dosen sekaligus Misionaris yang lebih senior, yaitu Pastor Edward Sell (1839-1932). Jeffery mengakui bahwa gagasannya tentang Alquran Edisi Kritis terinspirasi dari Edward Sell. (Arthur Jeffery, “Progress in the Study of the Koran Text”, Editor oleh Ibnu Warraq di buku The Origins of the Koran (New York: Prometheus Books, 1998) Sell menyeru kalangan misionaris Kristen ketika mengkaji Islam, supaya fokus kepada historitas al-Qur’an.

Menurut Sell, kajian kritishistoris al-Qur’an bisa dilakukan dengan menggunakan metodologi analisa bibel (biblical criticism). Merealisasikan idenya, Sell sendiri sudah menggunakan metodologi higher criticism, ketika mengkaji historisitas al-Qur’an di dalam karyanya Historical Development of the Quran. Higher criticism adalah satu bagian dari metodologi kritik Injil (Biblical criticism) yang memfokuskan pada pengarang, penanggalan dan asal mula teks. (Canon Sell, Studies in Islam (Delhi: BR Publishing Corporation, 1985; pertama kali terbit tahun 1928).

Gagasan Sell untuk mengkaji Alquran secara kritis-historis bukanlah gagasan orisinal. Sell sangat memanfaatkan hasil kajian yang dilakukan oleh Theodor Nöldeke (18361930), yang pada usia 20 tahun (tahun 1856), sudah menulis sebuah monograf dalam bahasa Latin tentang asal mula penyusunan Alquran.

Gagasan kritis-historis Alquran semakin menggeluti pemikiran Jeffery ketika ia berada di Kairo. Jeffery berada di sana karena mendapat kesempatan menggiurkan pada tahun 1921 dari Dr Charles R Watson, President pertama Universitas Amerika (American University), Kairo untuk menjadi salah seorang staf di fakultas School of Oriental Studies (SOS), yang didirikan pada 1921.

Selain Jeffery, staf-staf lain di fakultas S.O.S terdiri dari para orientalis terkemuka, seperti Earl E Elder, Canon Temple Gairdner dan Samuel Marinus Zwemer, pendiri jurnal The Moslem World. Persahabatannya dengan Zwemer menjadikan Jeffery, yang masih bergelar MA, diangkat sebagai seorang Pembantu Editor (Associate Editor) jurnal The Moslem World pada tahun 1922. Jeffery memperoleh gelar Doktor dari Universitas Edinburgh pada tahun 1929 dengan anugerah istimewa (with special honors). Universitas tersebut juga menganugerahkan Jeffery dengar gelar Doktor dalam kesusastraan (D Litt) dengan summa cum laude pada tahun 1938.

Penulis produktif

Tulisannya mengenai Alquran terbit di Jurnal The Muslim World tahun 1935 dengan Judul Progress in the Study of the Koran Text. Dua tahun setelah itu, yakni pada tahun 1937, buku Jeffery berjudul Materials for the History of the Text of the Quran: The Old Codices (Bahan-bahan untuk Sejarah Teks al-Qur'an: Mushaf-mushaf Lama) terbit. Setahun setelah itu, yaitu pada tahun 1938, buku Jeffery yang berjudul The Foreign Vocabulary of the Qur'an (Kosa-kata Asing Alquran) terbit di India. Buku ini merupakan perluasan dari tesisnya Jeffery yang ditulis sekitar tahun 1925-1926.

Pada tahun yang sama (1938), Jeffery dengan bantuan Otto Pretzl mendapatkan manuskrip yang ada di Berlin tentang Fada'il Alquran karya Abu Ubaid. Jeffery menerjemahkan satu bagian dari karya Abu Ubaid mengenai ayat-ayat yang hilang dari al-Qur'an ke bahasa Inggris dan diterbitkan di The Muslim World pada 1938. Setahun sesudahnya, hasil penelitian Jeffery tentang ragam bacaan al-Fatihah dipublikasikan di Jurnal The Muslim World.

Tahun 1940, Jeffery me-review dengan cukup panjang bukunya Nabia Abbot, The Rise of the North Arabic Script and its Kuranic Development, with a full description of the Kuranic Manuscripts in the Oriental Institute (Chicago: University of Chicago 1939). Pada tahun 1942, Jeffery bersama I. Mendelsohn mengkaji fotografi Mushaf al-Qur'an dari Samarqand, yang berada di perpustakaan Universitas Colombia.

Hasil kajian tersebut dipublikasikan di Journal of the American Oriental Society 62 (1942) dengan judul The Orthography of the Samarqand Quran Codex. Pada tahun 1950, Jeffery juga mempublikasikan empat serial tulisannya tentang The Quran as Scripture di Jurnal the Muslim World. Tulisan ini kemudian dibukukan dan diterbitkan pada tahun 1952 dengan judul yang sama. Pada tahun 1951, Jeffery memodifikasi kembali karyanya tentang Sejarah Teks al-Qur'an dengan judul Index of Qur'anic Verses to the English Part of `Material for the History of the Text of the Qur'an (Leiden: EJ Brill, 1951).

Jeffery menyimpulkan bahwa kitab suci Alquran adalah wahyu progressif. (Arthur Jeffery, "The Quran as Scripture," Muslim World 40 (1950)). Maksudnya, ide mengenai kitab suci dalam Islam adalah lanjutan dari konsep yang sudah lama berkembang dalam Yahudi, Kristen dan juga agama lain. Karena itu, sejarah al-Qur’an sama juga dengan sejarah kitab-kitab suci lainnya. Alquran berkembang melalui berbagai tahap sejarah teks sehingga muncul menjadi teks standar yang selanjutnya dianggap suci.

Jeffery menolak pendapat kaum Muslim yang mengatakan ketika Rasullullah saw wafat, teks Alquran sudah tetap, sekalipun belum dihimpun dalam sebuah mushaf. Ia memfokuskan penelitiannya kepada keragaman mushaf. Menurutnya, terdapat 15 mushaf primer dan 13 mushaf sekunder. Ia tidak mempercayai Mushaf Uthmani itu sebagai teks asli (Urtext).

Jeffery mengutip pendapat yang menyebutkan bahwa ketika Utsman mengirim teks standart ke Kufah dan memerintahkan supaya teks-teks yang lain dibakar, Ibnu Mas’ud menolak menyerahkan mushafnya. Di sini jelas Jeffery tidak jujur dalam menulis sejarah Alquran. Ia tidak mengkaji sikap menyeluruh dari Abdullah ibnu Mas’ud. Padahal, Kitab alMasahif yang disuntingnya menunjukkan bahwa Ibnu Mas’ud meridhai kodifikasi yang dilakukan Utsman ra Ibnu Mas’ud merevisi pendapatnya yang awal dan kembali kepada pendapat Utsman dan para Sahabat. Ibnu Mas‘ud menyesali dan malu dengan apa yang telah dikatakannya.

Banyak kesalahan dalam studi Arthur Jef fery dan para orientalis lain terhadap Alquran. Tampak, mereka juga tidak “netral” dalam studinya, sebab sudah berangkat dari asumsiasumsi tertentu. Ironisnya, di Indonesia, kini bermunculan jurnal dan buku-buku yang – kata mereka — mengkaji al-Qur’an secara kritis. Padahal, mereka terbukti menjiplak begitu saja pendapat orientalis, tanpa kritis.

Lebih ironis lagi, kini di sejumlah Perguruan Tinggi mulai dikembangkan studi Alquran, yang mengarahkan mahasiswa agar tidak mensucikan Alquran. Dengan bangga metode orientalis diterapkan. Katanya ilmiah dan demi kemajuan. Padahal, sadar atau tidak, mereka telah bertaklid kepada orientalis ketimbang para ulama Islam yang alim dan shalih.

Red: irf
Sumber: Adnin Armas, Peneliti INSIST

Sue Watson: Misionaris yang Kini Menyerahkan Hidupnya untuk Islam

Rabu, 29 September 2010, 17:02 WIB

Sue Watson: Misionaris yang Kini Menyerahkan Hidupnya untuk Islam
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--''Apa yang terjadi padamu?'' Pertanyaan itu kerap diterimanya ketika bertemu mantan teman-teman sekolah, teman dan pendeta ketika mengetahui dirinya telah memeluk Islam. Mereka heran dan tak habis pikir mengapa Sue Watson, seorang profesor, pendeta, dan misionaris, yang pantas disebut sebagai fundamentalis radikal, kini telah menjadi seorang Muslimah.

Tapi itulah jalan hidup. Hidayah menghampiri Watson, membuatnya menjadi tertarik pada Islam, dan akhirnya memeluk agama yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW ini. Semua itu bermula ketika ia baru saja lulus dari pendidikan pasca sarjana. Lima bulan setelah mendapatkan gelar Master of Divinity (Ketuhanan) dari sekolah seminari ternama, dia bertemu seorang wanita yang pernah bekerja di Arab Saudi dan telah memeluk Islam.

Jiwa misionarisnya muncul. Dia pun coba bertanya-tanya kepada wanita itu dengan maksud menjalankan misi kristennya. Kepada wanita itu, Watson bertanya tentang perlakuan Islam terhadap wanita. ''Saya terkejut dengan jawabannya. Jawaban itu bukan yang saya harapkan, jadi saya bertanya lagi tentang Tuhan (Allah SWT) dan Muhammad,'' ujarnya. Namun wanita itu tidak mau menjawab pertanyaan tersebut. Wanita itu justru mengajak Watson untuk berkunjung ke Islamic Center karena di sana ada orang yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan lebih baik.

Selama delapan tahun, Watson kuliah di sekolah teologi. Sebagai seorang penganut Kristen yang taat, dia memandang Islam sebagai agama setan. Dalam setiap doanya, dia meminta kepada Yesus agar dilindungi dari roh-roh jahat. Namun setelah peristiwa di atas dan dia kemudian berdialog di Islamic Center tersebut, dia seperti mendapatkan pandangan lain tentang Islam. ''Saya cukup terkejut dengan pendekatan mereka (umat Islam), karena langsung dan lugas. Tidak ada intimidasi, pelecehan (terhadap agama lain), dan tak ada manipulasi psikologis,'' kisahnya.

Bahkan, Watson menceritakan, ulama atau ustadz di Islamic Center itu menawarkan dirinya untuk mempelajari Alquran di rumahnya. ''Ini seperti studi tandingan untuk Alkitab. Saya tak percaya, mereka kemudian memberikan beberapa buku mengenai Islam dan mengatakan jika saya memiliki pertanyaan maka mereka akan bersedia menjawabnya di kantor,'' katanya.

Malamnya, Watson langsung membaca semua buku itu. Itulah untuk kali pertama, dia membaca buku tentang Islam yang ditulis oleh seorang Muslim sendiri. Selama ini, dia hanya membaca buku-buku mengenai Islam yang ditulis oleh orang Kristen. Keesokan harinya, dia kembali menemui Ustadz itu untuk menanyakan beberapa hal mengenai Islam yang didapatnya dari membaca buku itu. Hal itu terus terulang setiap hari selama sepekan. Hingga tanpa terasa, dia telah membaca sebanyak 12 buku dalam tempo sepekan itu.

Dari situ, dia mulai memahami mengapa Muslim itu merupakan orang yang paling sulit di dunia ini untuk diajak memeluk Kristen. ''Mengapa? Karena tak ada lagi yang bisa ditawarkan kepada mereka (Muslim). Islam mengajarkan hubungan dengan Tuhan, pengampunan dosa, keselamatan, dan janji kehidupan yang kekal,'' paparnya.

Selama menjalani proses dialog itu, secara alamiah, pertanyaan pertamanya terpusat kepada Allah, Tuhan-nya umat Islam. Siapakah Allah yang disembah kaum Muslim ini? Sebagai seorang Kristen, dia diajarkan bahwa Allah itu merupakan Tuhan palsu. Namun setelah membaca buku Islam dan berdialog, dia baru mengetahui bahwa Allah itu Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Allah itu Esa. Tak ada Tuhan lain yang mendampingi Allah.

Lantas, pertanyaan penting tentang Muhammad. Siapa ini Muhammad? Dia baru mengetahui bahwa umat Muslim tidak berdoa kepada Muhammad, seperti orang Kristen berdoa kepada Yesus. Dia (Muhammad) juga bukan seorang perantara, sehingga dilarang berdoa kepadanya. Dia pun mengetahui bahwa umat Islam juga percaya pada Yesus sebagai seorang nabi seperti Muhammad. Menurutnya, banyak kesalahpahaman dari penganut Kristen tentang Islam.

Tanpa disadarinya, dia mulai mengakui kebenaran Islam. ''Tapi saya tidak beralih memeluk Islam pada waktu itu juga karena saya belum percaya sepenuhnya di dalam hati. Saya terus pergi ke gereja, membaca Alkitab, tapi di satu sisi juga belajar Islam di Islamic Center. ''Saya benar-benar meminta petunjuk Tuhan, karena tak mudah untuk pindah agama. Saya tak mau kehilangan keselamatan,'' ucapnya.

Dua bulan setelah proses pengenalannya tentang Islam, Watson masih terus meminta kepada Tuhan agar diberikan petunjuk. Hingga akhirnya, suatu ketika, dia merasakan ada sesuatu yang jatuh meresap ke dalam dirinya. ''Saya lantas terduduk, dan itulah untuk kali pertama saya menyebut nama Allah SWT. Ada kedamaian yang dirasakan. Dan sejak itu, empat tahun lalu hingga sekarang, saya percaya bahka Engkaulah satu-satunya Tuhan dan hanya Engkau Tuhan yang sesungguhnya,'' tuturnya.

Keputusannya memeluk Islam bukannya tanpa risiko. Setelah menjadi mualaf, Watson dipecat dari pekerjaan sebagai pengajar di dua Perguruan Tinggi Kolese, dikucilkan oleh mantan teman-temannya di sekolah Teologi dan sesama profesor teologi, dan tidak diakui lagi oleh keluarga suaminya. Pilihannya itu juga disikapi negatif oleh anak-anaknya yang sudah dewasa dan dicurigai oleh pemerintahnya sendiri.

''Tanpa adanya kekuatan iman, mungkin saya sudah tak sanggup menghadapi itu semua,'' ujarnya. ''Saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT yang telah menjadikan saya sebagai Muslim. Dan saya berharap hidup dan mati sebagai Muslim.''

Mantan misionaris yang kini telah bergantii nama menjadi Khadijah Watson itu, sekarang bekerja sebagai seorang guru untuk melayani kalangan perempuan di salah satu pusat dakwah di Jeddah, Arab Saudi.

Red: Budi Raharjo
Rep: Ar Riyadh

Lee Woon-Jae: Kiper Muslim dari Negeri Ginseng

Selasa, 28 September 2010, 10:11 WIB

Lee Woon-Jae: Kiper Muslim dari Negeri Ginseng
Lee oon-Jae

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Nama Lee Woon-Jae mungkin terdengar asing di telinga kita. Tapi, tidak demikian bagi Penggemar sepakbola di Asia, terutama di negara asalnya Korea Selatan (Korsel). Lee merupakan penjaga gawang kesebelasan nasional Korsel yang pernah mengikuti beberapa kali Piala Dunia. Terakhir, dia ikut membela negaranya pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Sebelumnya, Lee pernah mengikuti Piala Dunia 1994, 2002 dan 2006. Pria kelahiran Cheongju, Chungbuk, Korea Selatan tanggal 26 April 1973 ini memang selalu dipercaya menjadi kiper nomor satu di timnas Korsel.

Karir internasional Lee dimulai ketika ia dipercaya untuk memperkuat tim nasional Korsel pada ajang Olympiade 1992 di Barcelona. Karirnya makin meroket ketika dia berhasil mementahkan tendangan penalti pemain sayap Spanyol, Joaquin, di perempat final Piala Dunia 2002. Tendangan tersebut merupakan tendangan pinalti keempat Spanyol.

Keberhasilan Lee menahan bola yang dilayangkan Joaquin ini membuat Korea Selatan lolos ke semifinal, untuk pertama kalinya dalam sejarah sepakbola mereka. Kala itu, Korsel mengalahkan La Furia Roja 5-3 dalam drama adu pinalti, Namun, langkah tim nasional Korsel berhasil dihadang oleh Jerman di babak semifinal dengan skor 0-1.

Terpikat Islam

Namun tidak banyak yang tahu jika sosok kiper senior tim nasional Korsel yang mendapat julukan 'Si Tangan Laba-Laba' ini adalah seorang Muslim. Ya, dalam skuad tim negeri ginseng yang berlaga dalam Piala Dunia 2010 yang baru saja berakhir, Lee boleh dibilang satu-satunya pemain sepakbola Muslim.

Perihal keislaman Lee ini memang belum diketahui banyak pihak. Maklum, di Korsel mayoritas penduduknya beragama Buddha dan Kristen. Jadi, tak mengherankan, jika sosok Lee sebagai Muslim jarang diekspos. Meskipun begitu, di kalangan muslim pencinta sepakbola, Lee lumayan dikenal. Lee adalah seorang mualaf sejak tahun 2004. Jadi, ketika dia menyandang predikat Muslim sebagai pemain Korsel di Piala Dunia adalah sejak Piala Dunia 2006 di Jerman.

Perkenalan Lee dengan Islam terjadi di tahun 2004 silam. Sebelum memeluk Islam, Lee adalah penganut Kristen yang terbilang taat. Namun, perkembangan Islam yang cukup pesat di negaranya membuat dia tertarik dengan ajaran Islam. Lee pun akhirnya memutuskan menjadi Muslim. Dan, sejak saat itu ia taat menjalankan shalat dan puasa.

Saat Ramadhan tiba, Lee tetap berpuasa meski kompetisi sepakbola tengah berlangsung. Setiap harinya, Lee pun seperti biasa menjalankan shalat lima waktu dan sesekali ke masjid kalau pulang latihan atau menuju rumahnya. Lelaki berusia 37 tahun ini menikmati hari-harinya dengan tenang meskipun orang-orang di lingkungan sekitarnya kebanyakan non-Muslim.

Lee pun merasakan tolerasi beragama di tim nasional Korea Selatan dan di klubnya sehingga dia tidak merasa rikuh dengan predikat Muslim yang disandangnya.

Pensiun

Sepanjang karirnya, Lee tercatat sudah mengikuti empat Piala Dunia, dan ini membuat namanya masuk dalam dafrtar salah satu dari tujuh pemain Asia yang pernah bermain di empat Piala Dunia yang berbeda. Namun, pada ajang Piala Dunia 2010 lalu ia hanya menjadi pemain cadangan. Pelatih kepala Korsel Huh Jung-moo lebih memercayakan posisi kiper nomor satu kepada Jung Sung-ryong.

Posisinya yang hanya menjadi pemanas bangku cadangan selama Piala Dunia 2010 lalu ini agaknya yang membuat Lee akhirnya memutuskan untuk pensiun sebagai pemain nasional. Pertandingan persahabatan melawan Nigeria pada 11 Agustus 2010 lalu dengan kemenangan 2-1 menjadi penampilan Lee yang terakhir di tim nasional Korea Selatan. Lee telah menjadi bagian dari skuad Ksatria Taeguk dalam 130 pertandingan sejak 1994.

Red: Budi Raharjo
Rep: Nidia Zuraya

Tiap Tahun, 20 Ribu Warga Amerika Serikat Menjadi Mualaf

Senin, 27 September 2010, 14:24 WIB
Tiap Tahun, 20 Ribu Warga Amerika Serikat Menjadi Mualaf
seorang mualaf yang diwawancarai dalam sebuah program acara televisi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Meskipun sentimen anti Islam pasca Tragedi 11 september terus meningkat di Amerika Serikat, namun tak menyurutkan warganya untuk mengenal -- dan kemudian jatuh hati -- pada Islam. Menurut laporan TV P, setiap tahun, rata-rata 20 ribu warga As menjadi mualaf.

"Belajar tentang Tuhan dan Pencipta kita telah benar-benar mengilhami saya, dari Malcolm X dan dari apa yang saya baca tentang Islam, saya makin yakin dengan agama ini," kata seorang warga yang baru masuk Islam, Umar Abdul Wahab, kepada wartawan.

Wahab yang sebelumnya seorang Kristen, kini rajin menghadiri kajian Islam di Dar Al Hijrah Islamic Centre di Falls Church, Virginia. "Bagi saya Islam adalah penyerahan total kepada pencipta kita, penyerahan total kepada apa yang ingin kita lakukan, [dan] mengikuti cara Nabi Muhammad," tambah Wahab.

Wahab mengatakan dia masuk Islam setelah menyadari ia telah mengikuti kursus yang berbeda. Namun, ia kemudian merasa "nyambung" dengan hal yang baru ini. "Melepaskan konvensi lama dalam mengejar yang baru, bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah," ujarnya.

Penolakan pertama, katanya, datang dari orang tuanya. Namun, akhirnya mereka luluh. "Orang tua saya (akhirnya) melihat bahwa Islam membuat saya menjadi orang yang lebih baik daripada saya sebelumnya dan mereka datang untuk menghormati bahwa ... mereka benar-benar mengagumi keyakinan saya," tambahnya.

Namun, kemarahan didorong oleh histeria anti-Islam telah melanda hampir seluruh bagian Amerika dalam beberapa minggu terakhir. Setelah protes penolakan masjid, aksi pembakaran Alquran juga turut memicu sentimen anti Islam.

Tetapi kemampuan untuk bebas memilih agama selalu menjadi bagian dari mimpi Amerikam bahwa setiap orang berhak (untuk pindah agama, kata Imam Johari Abdul-Malik, direktur humas di Dar Al Hijrah Islamic Center. Hampir tiap bulan, katanya, ada saja warga AS yang bersyahadat di pusat budaya Islam ini. "Ini berkah lain fobia Islam. Semakin dibenci, semakin orang ingin belajar lebih jauh tentangnya,"katanya.

Red: Siwi Tri Puji B

Impiannya Mengunjungi Masjidil Haram Pun Terwujud

Kamis, 26 Agustus 2010, 11:17 WIB
Impiannya Mengunjungi Masjidil Haram Pun Terwujud
Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH--Marion (46 tahun) hanyalah seorang pekerja asal Filipina yang mengadu nasib di Arab Saudi. Selama lima bulan terakhir, pria yang bekerja di sebuah perusahaan saluran air di Makkah ini tinggal di Taneem, Makkah. Tempat tinggalnya itu hanya beberapa meter dari batas tanah Haram.

Dia sebelumnya bekerja di Inggris. Selama tinggal di sana, ayah dua anak ini selalu menatap perbatasan tanah Haram itu. Entah, seperti ada yang menuntun dirinya, tanah yang disucikan umat Islam itu begitu menarik perhatiannya. Perbatasan tanah Haram itu seakan ikut mempermudah dirinya untuk merasakah rahmat Allah SWT.

Di televisi, Marion pun sering melihat tayangan Masjidil Haram dengan bangunan Ka'bah yang menjadi sentralnya. Perlahan, tanpa disadarinya, tayangan itu ikut mempengaruhi perubahan dirinya. Meskipun dia bukan seorang Muslim, Marion ingin sekali pergi ke Masjidil Haram. Dia pun mulai menginginkan suatu saat menjadi seorang Muslim. ''Aku memimpikan suatu hari akan menjadi seorang Muslim, pergi ke Masjidil Haram untuk melakukan umrah,'' tuturnya kepada Arab News.

Rupanya, Allah mempermudah keinginannya itu. Tak sampai enam bulan sejak tinggal di Taneem, Marion pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Dia mengucapkannya di Kantor Bimbingan Propagasi Asing (Jaliyat) Taneem belum lama ini. Dia lantas mulai mempelajari Islam dan mengucapkan selamat tinggal kepada agama lamanya yang telah dianutnya lebih dari empat dekade.

''Ada beberapa rekan Muslim Filipina di perusahaan saya. Aku sangat terkesan dengan ritual agama mereka, shalat, membaca Al Qur'an, dan pergi umrah,'' tutur Marion. ''Saya ingin bisa masuk ke area Haram sebagai seorang Muslim,'' tambahnya.

Usai menjadi Muslim, Marion mengaku kini menjadi lebih bahagia dan hatinya lebih tenang. Bahkan, dia pun sekarang bisa merasakan nikmatnya membaca Alquran. ''Saya melihat Alquran merupakan obat mujarab untuk semua penyakit manusia,'' ujarnya.

Tak hanya itu, Marion juga sudah tak sabar segera memberi kabar istri dan keluarganya di Filipina tentang dirinya yang sudah menjadi mualaf. Dia berharap keluarganya bisa mengikuti jejak dirinya kembali ke agama yang benar. Dan sebagai seorang Muslim, kini dia bisa bebas mengunjungi Masjidil Haram yang diimpikannya.

Red: Budi Raharjo

Ketika WS Rendra Pergi Haji: Air Zamzam Serasa Chevas Regal


Selasa, 24 Agustus 2010, 10:48 WIB
Ketika WS Rendra Pergi Haji: Air Zamzam Serasa Chevas Regal
WS Rendra

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--WS Rendra memang telah tiada. Namun karya-karyanya akan selalu hidup. Banyak kisah menarik dari penyair yang mendapatkan julukan Burung Merak ini, yang patut dikenang. Salah satunya, pengalamannya saat pergi haji.

Seniman yang lahir di Solo pada 7 November 1935 ini memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra yang kemudian biasa disingkat WS Rendra. Bermula sebagai penganut Katolik, Rendra kemudian menjadi seorang Muslim. Dia banyak mengenal Islam dari istrinya, seorang putri Keraton Prabuningratan, BRA Sitoresmi Prabuningrat. Meskipun setelah memperoleh empat orang anak, perkawinannya itu kandas, namun keyakinannya sebagai seorang Muslim tetap terjaga.

''Bagi saya, puisi bukan hanya sekadar ungkapan perasaan seorang seniman. Tetapi lebih dari itu, puisi merupakan sikap perlawanan saya kepada setiap bentuk kezaliman dan ketidakadilan. Dan, itulah manifestasi dari amar ma'ruf nahi munkar seperti yang selalu diperintahkan Allah di dalam Alquran,'' begitu tutur Rendra suatu ketika.

Meskipun telah menjadi Muslim, Rendra masih suka menenggak minuman keras, kebiasaannya sejak lama. Dia menganggap kebiasannya itu sebagai hal biasa. Bahkan, sambil berseloroh, dia mengatakan, ''Kalau saya membaca bismillahirrahmanirrahim, maka minuman keras menjadi air.''

Hingga akhirnya, Rendra menunaikan ibadah haji. Selama menjalankan rukun Islam yang kelima itu, dia mendapatkan pengalaman unik yang tak bisa dilupakannya. Setiap kali minum air atau apa saja yang diminumnya, dia merasa seperti minum minuman keras, Chevas Regal. ''Minum di sini, minum di sana, rasanya seperti minuman keras. Bahkan, air zamzam pun rasanya seperti Chevas Regal, sampai saya bersendawa, seperti orang yang selesai meminum minuman keras,'' kisahnya.

Dengan lirih, Rendra kemudian memohon kepada Allah SWT. ''Aduh, ya Allah, saya ini sudah memohon ampun. Ampun, ampun, ampun, ya Allah,'' ucapnya. ''Saya betul-betul merasa takut, kecut, malu, dan juga marah, sehingga saya ingin berteriak, 'Bagaimana, sih? Apa maksud-Mu? Jangan permalukan saya, dong!'

Rendra baru bisa terbebas dari kejadian itu ketika usai menjalankan ibadah Haji. Dia baru bisa benar-benar merasakan air minum dalam penerbangan dari Jeddah ke Amsterdam. ''Alhamdulillah! Saya betul-betul bersyukur. Setelah ini, saya tidak akan meminum minuman keras lagi.''

Red: Budi Raharjo
Rep: www.muallaf.com

Ka'bah Menggetarkan Hati Ratusan Pekerja Cina

Rabu, 25 Agustus 2010, 14:08 WIB
Ka'bah Menggetarkan Hati Ratusan Pekerja Cina
Pekerja rel kereta api asal Cina yang menjadi mualaf di Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH--Hidayat bisa datang dari cara yang tak pernah diduga. Mungkin itu pula yang dialami ratusan pekerja Cina di Arab Saudi yang kemudian memilih Islam sebagai agamanya yang baru.

Setelah melihat Ka'bah dari televisi, tiba-tiba hati mereka bergetar. Pintu hidayah seakan terbuka. Dan Allah SWT pun melapangkan jalan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Lebih dari 600 pekerja asal Cina berpaling menjadi Muslim setelah mendapatkan pengalaman spiritual di Arab Saudi.

Mereka adalah bagian dari 4.600 warga Cina yang sedang mengerjakan proyek rel kereta api yang menghubungkan Makkah dan Madinah. Rel kereta itu nantinya akan melalui Jeddah dan Khum. Peristiwa yang sempat menghebohkan itu terjadi tahun lalu.

Awalnya, kedatangan ribuan pekerja Cina itu sempat dipertanyakan warga Arab Saudi. Pasalnya dari 4.600 pekerja itu hanya 370 orang yang Muslim. Warga meminta agar pemerintah mempekerjakan buruh Cina yang beragama Islam. Namun Allah mempunyai rencana lain dengan kedatangan para pekerja itu.

Kedatangan ke Arab Saudi ternyata membuka peluang bagi mereka untuk melihat Islam langsung dari tanah tempat agama ini diturunkan. Seperti yang dikatakan seorang pekerja yang telah menjadi Mualaf. Pekerja yang telah mengganti namanya menjadi Hamza (42) ini mengaku tertarik pada Islam setelah melihat Ka'bah untuk kali pertama di televisi Saudi. ''Ini menggetarkan saya. Saya menyaksikan siaran langsung sholat dari Masjidil Haram dan umat Islam yang sedang berjalan memutari Ka'bah (tawaf),'' katanya.

''Saya bertanya ke teman yang Muslim tentang semua hal ini. Dia kemudian mengantarkan saya ke Kantor Bimbingan Asing yang ada di perusahaan, di mana saya memiliki kesempatan untuk belajar tentang berbagai aspek mengenai Islam,'' tuturnya. Kini Hamza merasa lebih bahagia dan lebih santai setelah menjadi seorang Muslim.

Pekerja lainnya, Ibrahim (51), mengalami peristiwa yang hampir serupa pada September tahun lalu. Dia yang bekerja di bagian pemeliharaan perusahaan negara, Kereta Api Cina, menjadi seorang Muslim usai melihat Ka'bah. ''Meskipun kami berada di Cina, kami tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang Islam. Ketika saya mencapai Mekah, saya sangat terkesan oleh perilaku banyak warganya. Perlakuan yang sama bagi orang Muslim dan non-Muslim memiliki dampak besar pada saya,'' tambahnya.

Sementara, Abdullah Al-Baligh (51), terinspirasi untuk memeluk Islam setelah melihat perubahan positif dari rekan-rekannya yang lebih dulu menjadi mualaf. ''Enam bulan setelah saya tiba di Makkah, saya melihat bahwa rekan saya, yang sudah menjadi Muslim, telah benar-benar berubah. Tingkah lakunya patut dicontoh. Saya menyadari bahwa Islam adalah kekuatan penuntun di balik perubahan tersebut,'' ujarnya.

''Ketika saya bertanya padanya, ia mengatakan bahwa ia sama sekali tak tahu tentang agama ini selama di Cina. Sekarang, ia memiliki pemahaman yang tepat tentang Islam dan ingin menjadi lebih teladan.''

Begitu pula dengan Younus. Pekerja asal Cina ini baru mempelajari Islam ketika berada di Makkah. ''Islam di Cina begitu kurang. Aku baru mengetahui Islam setelah datang ke Saudi,'' ujarnya.

Red: Budi Raharjo
Rep: Arab News

Wahyu Soeparno Putro: Adzan Subuh Pengganggu Tidurnya

Jumat, 20 Agustus 2010, 10:41 WIB
Smaller Reset Larger
Wahyu Soeparno Putro: Adzan Subuh Pengganggu Tidurnya
Wahyu Soeparno Putro

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wajahnya kerap muncul di televisi di Indonesia. Dia terbilang sukses membawakan sebuah acara bertemakan religi. Selama ini dia lebih dikenal dengan nama 'Indonesia'-nya, Wahyu Soeparno Putro.

Tak banyak yang mengetahui siapa nama asli, pria kelahiran Skotlandia pada 28 Juli 1963 ini. Meski terlahir di tanah Skotlandia, dia mengaku sejak kecil telah menjadi penganut Budha. Orangtuanya memberi nama, Dale Andrew Collins-Smith. Menghabiskan kulian di tanah Australia, Dale mengawali kisah hidupnya di Indonesia ketika bekerja di sebuah perusahaan kerajinan di Yogyakarta pada 1999.

Sebagai seorang yang terbiasa mandiri karena pada usia 20 tahun telah menjadi yatim-piatu, Dale harus menghadapi kehidupan dengan tradisi yang jauh berbeda dengan asal-usulnya. Seperti ketika dia harus mendengarkan suara adzan yang berkumandang setiap hari dari masjid yang letaknya berdekatan dengan tempat tinggalnya di kota gudeg itu.

Awalnya, dia begitu terganggu dengan suara adzan, khususnya Adzan Subuh. Seakan tak mau terganggu, adzan itu begitu mengusik kenyamanan tidurnya. Adzan itu seperti menggedor-gedor gendang telinganya. Selama tinggal di Skotlandia dan Australia, dia tak pernah mendapatkan situasi seperti itu.

Dale tinggal di rumah seorang warga Yogya bernama Soeparno. Ayah beranak lima yang bekerja sebagai satpam itu sudah menganggap Dale sebagai anaknya sehingga dibebaskan untuk tinggal dirumahnya. Karena setiap hari mendengarkan suara adzan Subuh itu, Dale kemudian menjadi terbiasa mendengarkannya. Bahkan, karena itu dia berubah menjadi kerap terbangun di pagi hari.

Tak hanya itu, setelah menetap cukup lama di rumah itu, Dale terbiasa bangun 5-10 menit lebih awal dari adzan Subuh. ''Ini yang membuat saya heran,'' katanya. ''Padahal sejak kecil saya tak pernah bisa bangun pagi, tapi di sana (Yogyakarta) saya mampu merubah pola hidup saya untuk bangun pagi.''

Suara adzan itu tampaknya menjad awal pertemuannya dengan Islam. Perlahan hidayah itu merasuk ke dalam jiwanya. Dia pun mulai bertanya-tanya tentang Islam. Diawali dengan pertanyaan sederhana seperti mengenai sholat dan puasa. Tanpa malu, dia menanyakan itu kepada teman-teman Muslim-nya. Di saat Ramadhan, Dale mulai ikut-ikutan berpuasa. ''Awalnya saya cuma ingin mengetahui saja seperti apa sih rasanya puasa,'' tuturnya.

Rutinas bangun pagi sebelum sholat Subuh dan puasa Ramadhan yang mulai terbangun dalam dirinya ternyata memberikan perasaan tenang bagi dia. Perasaan itu menjalar terus dalam dirinya. ''Saat itu saya merasa seperti sudah sangat dekat saja dengan orang-orang di sekitar saya,'' katanya sambil mengaku pada fase tersebut dia sudah semakin fasih berbicara Indonesia.

Tak merasa cukup terjawab tentang Islam pada rekan sepergaulan, Dale kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada ketua pengurus masjid dekat tempatnya tinggal. Tapi sekali lagi, hasratnya untuk mengetahui Islam masih belum terpuaskan. Maka pada suatu ketika, bertemulah dia dengan seorang ustadz bernama Sigit. Ustadz ini masih berada satu kampung dengan tempat tinggalnya di kediaman Soeparno. ''Waktu saya ceritakan tentang pengalaman saya, dia malah berkata kepada saya,'Sepertinya malaikat mulai dekat dengan kamu','' kata Dale menirukan ucapan Pak Sigit.

Mendengar ucapan itu, Dale merasakan seperti ada yang meledak-ledak di dalam dirinya. ''Semuanya seperti jatuh ke tempatnya,'' kata dia menggambarkan situasi emosional dirinya ketika itu. ''Saat itu saya juga sudah bisa menangkap secara akal sehat tentang Islam,'' tambahnya. Ledakan yang ada di dalam diri itu kemudian membawa Dale terus menjalin hubungan dengan Pak Sigit. Dari sosok ustadz itu, dia mengaku mendapatkan sebuah buku tentang Islam dan muallaf. Dan pada saat itu pula, niatnya untuk mempelajari sholat kian menggelora.

Di saat dirinya merasa semakin menuju Islam, pria yang begitu berharap bisa menjadi warga negara Indonesia ini kemudian bertanya pada Soeparno. ''Saya merasa lucu karena sudah seperti merasa Muslim,'' kata dia kepada ayah angkatnya itu. ''Tetapi bagaimana caranya,'' sambung dia. Mendengar ucapan pria bule, Soeparno sangat terkejut. Lantas lelaki ini menyarankan agar Dale masuk Islam saja melalui bantuan Pak Sigit.

Tidak membutuhkan waktu lama, medio 1999, Dale Andrew Collins-Smith kemudian mengucapkan syahadat sekaligus berganti nama menjadi Wahyu Soeparno Putro. Prosesi 'hijrah' itu dilakukannya di masjid yang mengumandangkan adzan Subuh dekat rumahnya, yang dulu dianggap telah mengganggu tidurnya.

Red: Budi Raharjo