BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, September 06, 2009

Masalah Psikologi Pada Penderita Kanker

Pengobatan holistic atau holistic medicine didasarkan atas dua hal yaitu pengobatan fisik dan pengobatan psikis dan keduanya sangat erat hubungannya. Seperti yang pernah dikatakan oleh ahli filosofi Plato, “Tidak ada gunanya mengobati badan tanpa mengobati fikirannya”. Pemikiran ini sangat mengena terutama pada para penderita penyakit berat, termasuk didalamnya penderita kanker. Badan yang sakit akan mempengaruhi fikiran dan sebaliknya juga demikian. Badan yang sehat juga akan berpengaruh menyehatkan fikiran dan demikian juga sebaliknya.

Ilmu pengetahuan juga membuktikan bahwa kondisi emosional seseorang akan mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh manusia. Orang yang berada pada tingkat emosional yang rapuh akan lebih cepat tertularkan penyakit, karena tingkat kekebalan tubuhnya menurun akibat kondisi emosi yang buruk tadi. Kondisi emosi yang positif, penuh pengharapan, akan meningkatkan daya tahan tubuh kita, sedangkan sikap negatif, takut, dan pasrah, akan menurunkan daya kekebalan tubuh.

Perubahan kondisi emosi ini akan diteruskan didalam rangkaian proses biokimia di dalam badan kita. Hal yang sebaliknya juga terjadi, di mana perbaikan sel-sel ditubuh kita akan juga dapat memperbaiki tingkat emosional dan fikiran kita. Dengan pemahaman diatas, pengobatan yang menyeluruh [holistic] adalah merupakan cara penyembuhan yang perlu diupayakan, di mana keduanya diperbaiki dalam waktu yang bersamaan.

Untuk itu pemahaman akan kondisi psikis yang terjadi bagi penderita penyakit berat ini perlu diketahui, bukan saja oleh para penderita, tetapi juga bagi keluarga, orang disekelilingnya dan para dokter atau orang yang turut membantu penyembuhan penderita ini.

TAKUT

stresKondisi emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien penyakit kanker adalah perasaan takut. Hal ini sangat beralasan dan sepenuhnya gampang dimengerti. Tingkat ketakutan yang terjadi sangat tinggi dan melebihi seluruh jenis penyakit yang ada. Mengapa demikian? Penderita yang divonis mengidap kanker dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan hidup yang kecil, namun juga penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Hal ini sangat menakutkan. Pada umumnya setiap orang pasti telah pernah melihat pasien2 kanker yang menderita secara fisik pada masa pengobatan, menjalani treatment yang melelahkan dan menyakitkan dengan efek sampingan yang mengerikan tanpa perubahan yang berarti, mendengar biaya pengobatan yang sangat mahal tanpa kepastian penyembuhan.

Masalah penerimaan pasien atas berita diagnosa penyakit ini juga diperburuk bila cara penyampaiannya juga dilakukan dengan cara buruk. Pada umumnya dokter2 jarang yang dapat menyampaikan berita buruk dengan cukup “baik”. Mereka memang tidak terdidik untuk ini dan karena itu mereka akan menyampaikannya dengan singkat dan “dingin”. Dokter2 sebenarnya tidak menyukai pekerjaan ini, namun merupakan bahagian dari pekerjaannya dan akhirnya harus melakukannya tanpa tau caranya. Pada saat pemberitahuan hasil diagnosa buruk ini, pasien sangat memerlukan kehangatan dan moral support yang dapat mencegah penurunan kondisi emosionalnya. Para dokter ini tidak pernah dididik untuk berkomunikasi dengan pasiennya, terutama dalam penyampaian hal2 kritis seperti ini. Pada umumnya, dokter hanya mengandalkan kemampuan natural yang dimilikinya, tanpa benar2 dilatih. Pasien dilain pihak selalu lebih menghormati dokter yang dapat berkomunikasi baik, daripada yang tidak [walaupun secara teknis sama baiknya atau lebih baik]. Ini adalah dilema yang panjang.

Tanpa adanya komunikasi yang baik, pasien2 yang diopname di rumah sakit pada umumnya merasa tidak berdaya, tertekan dan pasrah atas apa saja yang akan dilakukan oleh dokter atau system pengobatan yang ada. Hal ini sangat merugikan pasien dan memperparah kondisi kesehatannya.

Penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikis seseorang yang buruk sekali juga dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Penelitian menunjukkan bahwa penyakit kanker dapat muncul dalam waktu kurang dari 18 bulan terhadap orang2 yang mengalami masalah hidup seperti kehilangan pekerjaan, pensiun, cerai, kematian keluarga dan masalah hidup lainnya. Hal ini terjadi sering disebut sebagai jebakan hidup [life trap], di mana seseorang tiba2 merasa terperangkap didalam situasi yang sangat sulit dan tidak dapat keluar dari dalamnya. ”Saya rasanya lebih baik mati saja,” begitu kata penderita ini.

Salah satu therapy pengobatan kanker yaitu German New Medicine mengkhususkan diri dalam therapy pengobatan psikis, karena percaya dan membuktikan bahwa timbulnya penyakit berat adalah diakibatkan oleh kondisi otak seseorang yang luka akibat kejadian psikis yang terjadi dan tidak diantisipasi oleh penderita. Pengobatan psikis ini ternyata langsung dapat menyembuhkan penyakit fisik yang ada.

TEKANAN FIKIRAN [STRESS]

Apakah kondisi stress dapat mengakibatkan kanker? Sejumlah ahli berpendapat bahwa stress secara langsung dan sendirian, kemungkinan tidak dapat menimbulkan kanker, namun bila kondisi pasien tidak memiliki daya kekebalan tubuh yang baik, apakah akibat fungsi organ yang tidak baik, nutrisi yang tidak baik, gaya hidup yang tidak baik, maka stress dapat saja menjadi pemicu terjadinya kanker atau penyakit berat lainnya dengan mudah.

Bila penyakit berat ini berhubungan langsung dengan kematian, maka kondisi ini menimbulkan tekanan fikiran lanjutan bagi penderita. Ada 5 macam fase reaksi manusia bila ia dihadapkan dengan kematian. Fase pertama adalah Penyangkalan [denial]. Umumnya orang ini akan berkata “Saya baik-baik saja koq. Ini diagnosa yang salah.” Sikap ini biasanya temporer saja. Fase kedua, orang ini akan Marah, dan berkata “Mengapa saya?” Fase ketiga, bersikap Menawar. “Saya rela mati, tetapi kalau boleh berikan saya waktu sedikit...” Fase keempat, Depresi. Orang ini akan menyendiri, tidak berkomunikasi, tidak merasakan cinta maupun perhatian yang diberikan orang di sekelilingnya. Pada saat ini tidak ada gunanya menghibur pasien ini. Dia perlu berdamai dengan dirinya sendiri. Fase terakhir adalah Menerima, di mana pasien akan berkata “Baiklah, saya akan hadapi dengan sebaik-baiknya.” Fase-fase di atas tadi tidak selalu secara teratur dilalui, dapat saja dilampaui dengan cepat dari fase 1 ke 4 misalnya, tergantung dari kondisi psikis pasien.

Pengamatan dilakukan terhadap sejumlah pasien kanker payudara yang telah melalui proses mastektomi untuk melihat perkembangan mereka. Pengamatan menunjukkan bahwa ada 4 kategori kondisi para pasien yaitu pasien yang berjuang untuk kesembuhan, pasien yang “menyangkal” bahwa kondisinya buruk, pasien yang “pasrah” akan keadaan kesehatannya, dan terakhir adalah pasien yang tidak lagi berharap sembuh. Dalam waktu 5-10 tahun kemudian survey menunjukkan bahwa 80% dari golongan pertama yaitu yang berjuang untuk kesembuhannya benar2 sembuh dan hanya 20% dari group terakhir yang tidak berharap sembuh menjadi sembuh.

Penelitian lainnya juga menunjukkan fenomena yang sangat menarik: 15-20% pasien kanker secara sadar atau tidak sadar berharap untuk mati, 60-70% dari mereka berharap untuk sembuh tetapi hanya pasif dan berharap agar para dokter saja yang bekerja menyembuhkannya. Sisanya 15-20% pasien adalah pasien2 yang tidak ingin menjadi korban penyakit ini, yang secara aktif terus menerus mencari cara penyembuhan yang mungkin, tidak selalu menuruti saran para dokter, ingin mengontrol dirinya sendiri, rajin bertanya. Pasien2 yang tidak kooperatif dan susah diatur, pada umumnya memiliki kemungkinan sembuh yang tinggi. Mereka ini memiliki system kekebalan tubuh yang tinggi akibat dari sikapnya tadi.

BAGAIMANA CARA MENGHADAPI HAL INI?

Penjelasan atau cara yang dibutuhkan disini tidak akan dibuat secara rinci dan hanya berupa ulasan umum yang perlu didalami lagi. Seseorang harus dapat mengendalikan fikirannya sendiri. Fikiran manusia dapat menjadi teman dan juga sebaliknya dapat menjadi musuhnya sendiri. Cara pengendalian ini umumnya dapat dilakukan dengan meditasi, berdoa, berbicara dengan diri sendiri melalui visualisasi dan cara2 lain. Yoga atau cara meditasi lain terbukti dapat membantu manusia untuk mengosongkan fikiran dan seterusnya membangun sikap mental yang baik terhadap tantangan fisik yang ada. Salah satu teknik yang dinamakan “Kekuatan dari keinginan” [Power of Will], di mana secara mental seseorang melatih dirinya dan mentalnya untuk percaya seyakin-yakinnya bahwa ia dapat menghadapi tantangan ini, terbukti dapat membantu penyembuhan berbagai macam penyakit. Teknik2 pengendalian fikiran banyak tersedia dan dapat dipelajari dan terbukti sangat-sangat membantu penyembuhan berbagai penyakit.

Pada saat yang sama juga diharapkan pasien dapat memperbaiki kondisi fisiknya dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik dan maksimal, mengkonsumsi bahan2 atau obat penyembuh dan sebaliknya sudah menghindari sumber atau potensi penyakit yang diidapnya berupa lingkungan yang tidak sehat, nutrisi yang toxic dsb, sehingga proses penyembuhan terjadi secara parallel antara fisik dan psikis.

Berdoa juga terbukti sangat ampuh untuk menolong kesembuhan. Penelitian selalu menunjukkan bahwa pasien yang berdoa atau berbicara kepada khaliknya yang lebih tinggi, terbukti persentase kesembuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki agama atau tidak percaya pada Tuhan.

Berdamai dengan diri sendiri melalui meditasi maupun visualiasi dan afirmasi juga dapat membebaskan diri dari rasa takut, marah, dan kecewa, yang sangat erat hubungannya dengan kondisi penyakit [lihat contoh German New Medicine].

Berbagai cara, teknik dan therapy kejiwaan dan psikologi perlu dan dapat diterapkan untuk membantu seseorang untuk merawat dan menyembuhkan jiwanya dan pada gilirannya akan meningkatkan kekebalan tubuhnya sendiri dan membantu penyembuhan penyakit yang ada. Semoga informasi ini bermanfaat. ( Omri Alamat e-mail ini diproteksi dari spambot. Silakan aktifkan Javascript untuk melihatnya. /rumahkanker.com)
[Diambil dari beberapa sumber, GT, Beata Bishop, Merkola, Mike Adams]

0 komentar: