BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, September 01, 2009

DELAPAN KEBOHONGAN SEORANG IBU SELAMA HIDUPNYA

Dalam kehidupan, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untuk anaknya. Sambil memindahkan nasi ke mangkuknya, ibu berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika sang anak mulai tumbuh, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan anaknya. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu sang anak memakan sup ikan itu, ibu duduk di samping anaknya dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang dimakan sang anak. Melihat ibu seperti itu, hati sang anak tersentuh, lalu menggunakan sendoknya dan memberikannya kepada ibunya. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Ketika anaknya sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah anak2nya, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, sang anak bangun dari tempat tidurnya, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Sang anak berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemani sang anak pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu anaknya di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambut anaknya dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untuk sang anak. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, sang anak segera memberikan gelasnya untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian suaminya karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarganyapun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumah mereka pun membantu sang ibu baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan mereka yang begitu sengsara, seringkali menasehati sang ibu untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah semua anaknya tamat sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak2nya yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, sang anak pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya sang anak pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, sang anak bermaksud membawa ibunya untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepada sang anak "Aku tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, sang anak yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. sang anak melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap anaknya dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibu sehingga terlihat lemah dan kurus kering. sang anak menatap ibunya sambil berlinang air mata. Hati sang anak perih, sakit sekali melihat ibunya dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, sang ibu tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, Ane percaya ente-ente mungkin tersentuh dan ingin sekali menitikkan air mata sambil berucap : " Terima kasih ibu !"

Coba kita renungkan saudaraku, sudah berapa lama kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Kita pasti lebih peduli dengan pasangan atau anak2 kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pasangan atau anak2 kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita? Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi Orang Tua kita, lakukanlah yang terbaik. Seberapapun besarnya kesalahan orang tua terhadap kita…atau seberapa besar kita telah memberi kepada mereka….tak kan sebanding dengan apa yang telah diberikannya kepada kita… Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari. Karena mereka takkan pernah menyesal telah melahirkan kita ke dunia…

0 komentar: