BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, Agustus 30, 2009

ADA APA DENGAN VALENTINE

SEJARAH VALENTINE’S DAY

Perayaan Kesuburan bulan Februari
Asosiasi pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulukala. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
• seorang pastur di Roma
• seorang uskup Interamna (modern Terni)
• seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu
Valentinius
Guru ilmu gnostisisme yang berpengaruh Valentinius, adalah seorang calon uskup Roma pada tahun 143. Dalam ajarannya, tempat tidur pelaminan memiliki tempat yang utama dalam versi Cinta Kasih Kristianinya. Penekanannya ini jauh berbeda dengan konsep ... dalam agama Kristen yang umum. Stephan A. Hoeller, seorang pakar, menyatakan pendapatnya tentang Valentinius mengenai hal ini: "Selain sakramen permandian, penguatan, ekaristi, imamat dan perminyakan, aliran gnosis Valentinius juga secara prominen menekankan dua sakramen agung dan misterius yang dipanggil "penebusan dosa" (apolytrosis) dan "tempat pelaminan" ..."
Era abad pertengahan
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 February adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (“Percakapan Burung-Burung”) bahwa
For this was sent on Seynt Valentyne's day (“Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus”)
Whan every foul cometh ther to choose his mate (“Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)
Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasanagan mereka "Valentine" mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
• Sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati syuhada), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
• Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.

Hari Valentine pada era modern
Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya, negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary".)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu Merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada Pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.
Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, namun jarang kepada teman pria lainnya. Kecuali kedua-duanya adalah kaum homoseksual

Di Balik Hari Valentine’S day

'Valentine's Day' Atau Hari Memperingati Kekasih

Setiap kali menjelang tibanya 14 Februari (seperti hari ini), maka ramailah pasangan remaja, tidak kurang juga yang dah lanjut usia maupun lanjut perut yang sedang berkasih akan sibuk membuat persiapan untuk menyambut hari berkenaan. Golongan peniaga bunga akan mengambil kesempatan meraih untung berlipat-ganda manakala rangkaian-2 televisyen tempatan akan sibuk menaja pelbagai iklan dan filem-2 romantis yang menyentuh soal percintaan pasangan kekasih. Bagi golongan yang sedang berkasih ini, hari ini merupakan hari yang penuh romantik di mana mereka akan membuat janji-temu (date) bersama kekasihnya di tempat-tempat tertentu, makan malam, memberikan hadiah pelbagai rupa dan ada juga yang menyerahkan tubuh badan sebagai hadiah istimewa merayakan hari memperingati orang yang mereka kasihi.

Perayaan ini sudah menjadi lumrah di negara ini di mana ia disambut oleh pelbagai peringkat umur dan bangsa. Apa yang menyedihkan, ia turut disambut oleh orang yang sebenarnya tidak mengerti apa, untuk siapa, dan dari mana asal-usul sambutan hari berkenaan.

Ada berbagai kisah yang didakwa membawa permulaan sambutan hari yang 'istimewa' ini. Tetapi walau apapun kisahnya, semuanya mempunyai pertalian dengan tradisi orang-2 Kristian dan Roman. Menurut suatu riwayat yang munasabah, popular dan boleh dipercayai, Saint Valentine adalah nama seorang
paderi gereja yang mati 'syahid' semasa berkhidmat di Rom pada abad ke-3. Raja Claudius II yang memerintah pada masa itu berpendapat bahawa rakyatnya yang lelaki yang belum berkahwin adalah lebih berpotensi dijadikan askar yang terbaik berbanding yang sudah berkahwin dan berkeluarga. Oleh itu, beliau melarang lelaki berkahwin di usia yang masih muda.

Saint Valentine tidak setuju dengan peraturan itu. Beliau tetap mengadakan upacara pernikahan pemuda-pemuda Rom tetapi secara sembunyi, tetapi akhirnya diketahui oleh Raja Claudius II. Raja Claudius II memerintahkan Saint Valentine dihukum bunuh. Akhirnya, pada tanggal 14 Februari, Saint Valentine menjalani hukuman mati. Ramai rakyat jelata yang sedih dan meratapi kematian Saint Valentine kerana jasanya mempertahankan hak pemuda untuk berkahwin di awal usia. Pasangan-2 yang pernah dinikahkan oleh Saint Valentine mula memperingati dan menghormati tarikh kematiannya sehinggalah ia menjadi suatu upacara ritual setiap kali tibanya tarikh ini.
Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine's Day. Biasanya mereka saling mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”. Benarkah demikian?
The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day :
“Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine's Day probably came from a combination of all three of those sources--plus the belief that spring is a time for lovers.”
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi ketiga, perayaan ini dihubungkan dengan St. Valentine, seorang Pendeta yang hidup di Roma pada tahun 200 masehi, dibawah kekuasaan Kaisar Claudius II. St. Valentine ini pernah ditangkap oleh orang-orang Romawi dan dimasukkan ke dalam penjara, karena dituduh membantu satu pihak untuk memusuhi dan menentang Kaisar. St. Valentine ini berhasil ditangkap pada akhir tahun 270 masehi. Kemudian orang-orang Romawi memenggal kepalanya di Palatine Hill (Bukit Palatine) dekat altar Juno.

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Pembantaian hari Valentine
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pembantaian hari Valentine (bahasa Inggris: The St. Valentine's Day Massacre) adalah nama sebuah peristiwa penembakan tujuh anggota gangster Mafia Bugs Moran secara kejam. Peristiwa terjadi di Chicago pada 14 Februari 1929, pada Hari Valentine

Saudaraku, itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?. Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita remaja putra-putri Islam yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya” (Al Isra' : 36).

HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”
Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah n berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan :
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam. Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya.
Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)

Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.

Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan:
“Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (Al-Hadits).

Tradisi Hari Valentine di negara-negara non-Barat
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini cenderung menjadi budaya populer dan konsumtif karena perayaan valentine lebih banyak ditujukan sebagai ajakan pembelian barang-barang yang terkait dengan valentine seperti kotak coklat, perhiasan dan boneka. Pertokoan dan media (stasium TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine. Di Indonesia, perayaan valentine's day mulai membudaya di kalangan masyarakat kita khususnya dikalangan kawula muda, sekitar akhir tahun 1980-an berbarengan dengan munculnya televisi-televisi swasta yang banyak mengupas dan menayangkan berita ataupun film-film yang bertemakan perayaan tersebut. Sejak itulah, perayaan valentine's day digandrungi oleh para generasi muda, sebagai akibat dari penetrasi budaya asing yang masuk lewat pemberitaan berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Perayaan ini pun dikenal oleh mereka sebagai perayaan hari kasih sayang, yang menurut mereka adalah moment yang paling tepat untuk mengungkapakan perasaan cita dan kasih sayang kepada orang-orang yang dekat di hati. Perayaan ini biasanya dilaksanakan di kafe-kafe, hotel-hotel atau tempat-tempat yang romantis, di mana setiap pasangan memberikan hadiah berupa kue coklat atau bunga yang bertuliskan 'I wish you will be my valentine' kepada yang lain.
Yang lebih mengejutkan, ada beberapa acara yang sering digelar diberbagai tempat rahasia di Metropolitan, belakangan ini, pesta perayaan valentine's day dirayakan dengan perbuatan-perbuatan yang amoral dan jauh dari temanya itu sendiri. Banyak kita dapatkan di pemberitaan televisi maupun koran-koran sekelompok anak muda yang menghabiskan malam perayaan tersebut dengan pesta seks dan narkoba.
Padahal untuk menyatakan cinta dan menyebarkan cinta, secara langsung dan tak langsung ada pada sifat dan sikap setiap manusia yang baik disetiap harinya. Dan itu lebih bermanfaat. Ngga pada perayaan yang melulu hura-hura. Nah sekarang, bagaimana dengan Anda, akankah Anda terus berhura-hura setiap tahunnya
Ada Apa Di Balik Valentine’s Day
Disusun ulang oleh: Ummu Ziyad
Muroja’ah oleh: Ust Abu Mushlih Ari Wahyudi
Ukhti fillah…
Tanggal 14 Februari seakan-akan menjadi hari yang khusus bagi manusia secara umum, bahkan bagi seorang muslimah sekalipun. Dengan pengaruh dari berbagai media dan lingkungan, para gadis sibuk ikut-ikutan merayakan hari tersebut. Ada yang sibuk membuat coklat dan kue-kue untuk orang yang disayanginya, mengirimkan kartu, atau sengaja mengkhususkan membuat pengakuan cinta untuk lelaki pujaan hatinya. Na’udzubillah min dzalik. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan untuk dijauhkan dari perbuatan tersebut…
Setelah mengetahui fatwa-fatwa yang ada pada artikel sebelumnya, ada baiknya kita juga mengetahui asal usul adanya hari valentine. Dengan demikian, insya Allah kita akan lebih berhati-hati dan tidak segan-segan untuk meninggalkan hari raya tersebut. Apalagi jika kita benar-benar ingin menjadi wanita muslimah sejati, yang sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan sangat takut dengan hukuman-Nya dan berharap keridhoan-Nya. Artikel berikut ini banyak menukil dari majalah As Sunnah dengan disertai berbagai tambahan dari penulis.
Definisi Valentine’s Day
Terdapat beberapa definisi yang terdapat di majalah As Sunnah edisi 11 tahun I untuk menjelaskan tentang hari valentine ini.
Pertama,
A day on which lovers traditionally exchange affectionate messages and gift. It is ovserved on February 14, the date on which Saint Valentine was matyred. (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860)
“Sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisi saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana St. Valentine mengalami martir.”
Kedua,
The date on the modern celebration, February 14, is believed to derive in the execution of a Christian martyr, St. Valentine, on February 14, 270. (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464)
“Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M.”
Ketiga,
Valentine, St. priest and physician of Rome who suffered martydorn probably during the persecution under Claudius II in 269. his feast is on 14 Feb. The custom of sending valentines probably had its origin in a heathen practice connected with the worship of Juno Februalis at the Lupercalia(*) or perhaps in the mediaval belief the birds commenced to mate onf 14 Feb. (Everyman’s Encyclopedia, volume XII, hal 388).
“St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang (dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun 269 M. Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim valentine-valentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang dikaitkan dengan peribadatan Juno Februarlis di goa Lupercal, atau (bisa jadi) pendapat bahwa burung-burung kwain pada tanggal 14 Februari.”
(*) Lupercalia merupakan upacara keagamaan (ritual) yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno yang dilaksanakan setiap tahun untuk menyembah dewa Lupercus, yang oleh mereka dianggap sebagai dewa kesuburan, dewa padang rumput dan pelindung ternak. Sebagai suatu upacara ritual kesuburan, Lupercalia juga dihubungkan dengan penghormatan dan penyembahan kepada dewa Faunus sebagai dewa alam dan pemberi wahyu. Upacara atau festival tersebut dipimpin dan diawasi oleh suatu badan kegamaan yang disebut Luperci dan para pendetanya disebut Luperci.
Setiap upacara Lupercalia dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor kambing dan seekor anjing yang dipimpin oleh para Luperci. Upacara tersebut dilakukan di dalam sebuah gua bernama Lupercal, berada di bukit Palatine, yang merupakan salah satu bukit di kota Roma. Setelah itu dua orang Luperci (dalam sumber lain dua orang pemuda) dibawa ke sebuah altar, kemudian sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan pada kening mereka dan darah itu diseka dengan kain wool yang telah dicelupkan ke dalam susu. Setelah itu kedua orang tersebut diharuskan tertawa.
Kemudian para luperci memotong kulit kambing yang dikorbankan dan dijadikan cambuk. Kemudian mereka berlari dalam dua geromboloan mengelilingi bukit Palatine dan tembok-tembok kuno di Palatine, mencambuki setiap wanita baik yang mengikuti upacara maupun yang mereka temui di jalanan. Para wanita yang menerima cambukan itu dengan senang hati karena menurut mereka cambukan itu dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburannya.
Upacara Lupercalia ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kaisar Constantin Agung (280 - 337 M). Kaisar Romawi ini adalah kaisar pertama pemeluk agama Nasrani. Lewat masuknya agama Nasrani itu dan berbagai jalan yang ditempuhnya, dia memegang peranan penting dalam hal merubah agama yang dikejar-kejar dan diancam sebelumnya menjadi agama yang dominan (bersifat nasional). Pengaruh agama nasrani semakin meluas di kerajaan Romawi dan Dewan gereja memegang peranan penting di bidang politik. Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I merubah bentuk upacara Lupercalia menjadi perayaan purifikasi (pemurnian/pembersihan diri). Dan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I mengubah tanggal perayaan purifikasi yang berasal dari upacara ritual lupercalia dan tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari.
Keempat,
The St. Valentine who is spoken of as the apostle of Rhaetia, and venerated in passau as its first bishop. (Encyclopedia Briatannica, volume XIV, hal. 949).
“St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama.”
Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentine’s day dirayakan untuk mengormati dan mengkultuskan st. Valentine yang dianggap martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa burung-burung kawin pada tanggal tersebut.
Nah, saudariku… Apakah engkau tahu apa itu martir? Martir adalah orang yang dianggap mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan (agama). Kini engkau tahu agama apa yang dipertahankan olehnya. Wallahul musta’an. Ya ukhti… bagaimana kita bisa turut serta pada hari yang ditetapkan untuk menghormati orang yang mempertahankan agama yang bukan Islam (ini bukan berarti kita dibolehkan untuk menetapkan hari khusus untuk kematian orang-orang yang mempertahankan agama Islam!).
Dan bila dikaitkan dengan upacara Lupercalia, maka ini juga sangat jauh dari syari’at Islam, bahkan penuh dengan kesyirikan yang merusak tauhid. Lihatlah bagaimana upacara tersebut dilaksanakan untuk menyembah dewa-dewa. Padahal tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Belum lagi keyakinan batil tentang pengaruh cambukan yang dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburan. Padahal tidak ada yang kuasa untuk memberi kesuburan pada seseorang sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syuura [42]: 50)
Ketahuilah saudariku, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali meninggalkan jauh-jauh kebiasaan turut serta merayakan hari Valentine ini. Apakah kita hendak turut serta pada acara yang ditetapkan oleh Nasrani untuk mengkultuskan sang uskup yang mati sebagai martir? Padahal kita ketahui orang-orang Nasrani tidak akan senang sampai kita mengikuti agama mereka. Maka senanglah mereka ketika kita turut berbaur dalam hari raya mereka. Karena Rasululllah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud). Atau… apakah kita hendak mendukung pula upacara Lupercalia yang penuh muatan syirik dan kemaksiatan? Na’udzubillah mindzalik.
Cukupkanlah diri kita dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan yang diajarkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya. Karena kasih sayang di antara sesama muslim jauh lebih indah dimana Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang mukmin di dalam saling mencintai, saling mengaishi dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit maka seluruh jasad merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka engkau tidak perlu ragu-ragu untuk meninggalkan hari raya tersebut. Bertaubat adalah langkah yang utama dan mulia jika ternyata di hari yang lalu kita menjadi bagian dari perayaan tersebut. Semoga kita terus diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk menjalankan amalan sesuai tuntunan syari’at. Aamiin.

STOP! PORNOAKSI YANG MEREBAK DALAM BALUTAN VALENTINE DAY
Euphoria hampir dipastikan bakal kembali mengguncang dunia, jutaan manusia tak terkecuali di negeri ini bersiap memperingati medio februari yang sarat kontroversi, sayangnya banyak yang sebatas ikut-ikutan tanpa pernah tahu dan peduli tentang “sisi negatif” valentine day yang telah di salah tafsirkan sebagai perayaan hari kasih sayang.
Di Barat Valentine Day menjadi hari raya ketiga setelah Natal dan Tahun Baru, kehadirannya yang memiliki muatan dan makna religius bagi kaum kristiani seharusnya disadari oleh sebagian kalangan generasi muda Islam bahwa kebiasaan untuk memperingati dan merayakan valentine day harus dikaji ulang, di koreksi dan dipahami sebagai tindakan salah adaptasi dan salah adopsi.
Penelusuran lebih lanjut mengapa valentine day bisa menyebar hingga ke seluruh belahan dunia akan membawa kita pada skenario bisnis gerakan kapitalis yang sengaja gencar melakukan promosi atas nama hari kasih sayang demi meraup keuntungan bisnis yang luar biasa besar dengan membidik secara khusus segmen kaum muda di seluruh dunia.
Tentu saja valentine day menjadi moment yang paling menguntungkan bagi pengusaha kartu ucapan, pengusaha bunga, pengusaha hotel, pengusaha aksesoris dan sejenisnya, Jadi jangan buru - buru terperangah apalagi tergoda dengan moment valentine day yang senantiasa tampil meriah.
Pornoaksi terselubung
Bagi kalangan muda, Hari Valentine cenderung ditafsirkan secara sempit sebagai moment penting untuk menjalin hubungan muda - mudi yang serius bukan lagi ungkapan kasih sayang yang tulus dan universal tanpa melibatkan kontak fisik, Kebanyakan generasi muda utamanya di negara - negara barat merayakan valentine dengan sebuah janji kencan yang sering di akhiri dengan kontak fisik dan perzinahan, Naudzubillah.
Dalam budaya masyarakat barat yang toleran dan terbuka terhadap perilaku seks bebas, perayaan valentine diwarnai dengan kencan pasangan - pasangan muda sepanjang malam itu, bahkan beberapa tempat dan hotel sengaja menggelar aneka acara yang berakhir dengan pesta - pesta kemaksiatan.
Sementara bagi generasi muda bangsa kita yang berbudaya ketimuran dan lebih khusus lagi bagi generasi muda Islam sudah sepatutnya bersiap membentengi diri dari virus pornoaksi yang terselubung dan tersamarkan dalam balutan perayaan valentine day.
Ketidakjelasan sejarah valentine day
Sebenarnya masih terdapat perbedaan versi dan beragam catatan mengenai akar sejarah valentine, jika dicermati ternyata tradisi ini mengadopsi pada kebiasaan masyarakat romawi kuno yang menganggap pertengahan bulan pebruari sebagai periode cinta dan kesuburan. Setiap tanggal 13-14 Februari para pendeta mengadakan ritual persembahan kepada dewa lupercus (sang dewa kesuburan) yang diakhiri dengan sebuah pesta atau perayaan Lupercalia pada tanggal 15 Februari sebagai puncaknya. Dalam berbagai literatur disebutkan pada hari itulah para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Pada tahun 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang secara kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Catatan mengenai pendeta yang bernama santo valentine itupun masih bias karena hingga saat ini berkembang banyak versi khususnya latar belakang sejarah vonis hukuman mati yang dijatuhkan oleh penguasa romawi saat itu.
Versi yang paling terkenal adalah titah Kaisar Claudius II berupa larangan bagi para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah karena menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Tindakan kaisar mendapat tentangan dari Santo Valentine yang secara diam - diam menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M. Versi ini ternyata banyak ditentang oleh sebagian kalangan gereja yang tetap beranggapan bahwa Santo valentine di eksekusi karena berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak tradisi penyembahan atas tuhan - tuhan dan dewa - dewa orang Romawi.
Kesimpulannya, Valentine day memang dirayakan oleh gereja - gereja untuk menghapuskan tradisi paganisme kaum romawi kuno dan untuk mengganti persembahan kepada dewa lupercus dengan ritual valentine, namun yang mengejutkan sejak tahun 1969 terdapat gerakan untuk menghapus perayaan valentine dari kalender gereja khususnya untuk menghapus mitos dan legenda tentang santo dan santa yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jika dari kalangan gereja sendiri muncul kesadaran untuk tidak merayakan valentine day mengapa generasi muda kita justru tidak mau belajar dari fakta ini ?!?!…
Kampanye anti valentine day
Atas dasar fakta diatas dan diatas landasan niat untuk membentengi akhlak generasi muda kita maka sudah sewajarnya setiap ummat Islam mengambil peran penting untuk turut mengkampanyekan gerakan anti valentine day dan secara khusus menyerukan kepada pemuda pemudi Islam untuk tidak terlibat dalam acara kasih sayang dan percintaan ala valentine’s day. Di sejumlah negara Islam belakangan ini muncul gerakan terbuka untuk menolak peringatan valentine day, di Mesir beberapa kalangan ummat Islam menyerukan untuk merubah Valentine’s Day dengan Muhammad Day. Seruan ini disampaikan di sejumlah situs internet baik website maupun blog. Mereka menyerukan pembenahan pemahaman cinta dengan pemahaman yang benar sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad SAW. Seruan ‘Muhammad Day’ ini juga disebarkan secara meluas melalui pesan elektronik (e-mail) dan pesan singkat ponsel (sms). Gagasan Muhammad Day semata - mata bertujuan sebagai gerakan insidental kampanye anti valentine day yang otomatis tidak diagendakan untuk dilakukan setiap tahun.
Kampanye via sms
Siapapun bisa menjadi bagian dari gerakan anti valentine day dengan menyebarkan pernyataan singkat dibawah ini melalui pesan singkat (sms) :
“Stop Pornoaksi yang merebak dalam balutan valentine day, mari kita benahi pemahaman tentang cinta dan kasih sayang yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW”.
Akhirnya, berdasar fakta negatif dan nuansa pornoaksi yang terselubung dan merebak melalui peringatan hari valentine maka marilah kita secara bersama -sama satukan tekad “HAPUSKAN VALENTINE’S DAY SEKARANG JUGA !!!”

PERISTIWA BERDARAH DI BALIK ”VALENTINE DAY’’
Menjelang tanggal 14 Februari setiap tahun, orang muda di pelbagai penjuru dunia mulai disibukkan dengan banyak urusan menyambut Valentine Day. Memo kecil tulisan Valentine berjudul “Love from your Valentine” yang sangat terkenal itu menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk mengirimkan souvenir, hadiah, atau kartu bertuliskan ucapan senada seperti “Be My Valentine”, dikirimkan untuk si buah hati.
Sayangnya, tak banyak yang tahu bahwa perayaan Valentine Day itu mempunyai latar belakang peristiwa tertentu, yang bisa jadi akan mengagetkan setiap orang yang merayakannya. Mengapa?

PERISTIWA
Saat itu Kekaisaran Romawi diperintah oleh Claudius II Gothicus (268-270 Masehi). Menghadapi ancaman bangsa bar-bar Germania (sekarang Jerman) di Utara, ia membutuhkan penambahan jumlah pasukan infanteri yang sangat terlatih untuk peperangan di pegunungan berhutan lebat. Maka mobilisasi umum pun diselenggarakan untuk merekrut laki-laki Romawi sebanyak mungkin untuk dilatih dan dijadikan tentara Angkatan Darat (army). Tapi betapa sulit mendapatkan antuasiasme pemuda Romawi waktu itu. Ternyata hambatan utama mereka adalah terlalu beratnya meninggalkan istri, anak dan keluarga yang mereka cintai. Maka Claudius II Gothicus segera memberlakukan larangan perkawinan bagi semua laki-laki, dan membatalkan semua pernikahan yang sudah direncanakan. Pada saat yang bersamaan, semua laki-laki diperintahkan untuk masuk dinas ketentaraan angkatan darat Romawi.
Dan perlawanan pun terjadi, salah satunya dari orang-orang Nasrani. Sesungguhnya perlawanan mereka sudah muncul sejak pemimpin mereka, Jesus, orang Nasareth-Palestina, satu koloni Romawi di tanah Arab, menyebarluaskan ide tentang cinta kasih universal bagi semua orang, paham anti kekerasan, penindasan dan penjajahan. Setelah Jesus dibunuh dengan hukuman salib, para pengikutnya hidup dalam pengejaran, penganiayaan dan pembunuhan. Namun itu tidak menyurutkan perjuangan mereka menyebarluaskan ajaran Jesus, bahkan sampai ke kota Roma.
Saat peraturan larangan perkawinan diberlakukan, orang-orang Nasrani membangkang. Mereka dipimpin dua orang ulama/imam mereka, yakni Valentine dan Marius. Mereka tetap meresmikan pernikahan, tentu saja secara rahasia, membantu penyembunyian pembangkang yang dicari-cari aparat dan menolong keluarga korban penangkapan. Sampai suatu saat keduanya ditangkap tepat setelah upacara perkawinan selesai. Keduanya diseret ke pengadilan Roma, dan dijatuhi hukuman pukul tongkat sampai mati dan penggal kepala.Namun banyak orang muda tetap mengunjungi Valentine di penjara. Salah satunya adalah anak gadis dari salah satu penjaga penjara. Valentine dan si gadis bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk bercakap-cakap, saling menguatkan dan menyemangati. Dan pada hari pelaksanaan eksekusi, 14 Februari 269 Masehi, Valentine memberinya sebuah catatan kecil dan menandainya dengan ucapan “Love from your Valentine”. Catatan kecil itu menyebarluas, dan hari pelaksanaan eksekusi Valentine menjadi peringatan bagi seluruh dunia akan pentingnya semangat cinta kasih universal kepada semua orang, yang tidak boleh dikalahkan meski berhadapan dengan kekuasaan dan hukuman. Dan untuk kesetiaan Valentine (dan Marius) sampai mati dalam membela cinta kasih sejati itu, Gereja Katolik menganugerahinya gelar Santo, orang kudus.

Manipulasi Sejarah
Namun, peringatan perjuangan dan eksekusi mati Santo Valentine lambat laun menyimpang dari semangat dasar dan latar belakang sejarahnya. Ratusan tahun setelah peristiwa berdarah itu, orang-orang di Wales mengubahnya menjadi pesta romantis dengan saling mengirim hadiah sendok kayu berhias pahatan kecil gambar hati, kunci dan lubang kunci, yang artinya “engkau membuka kunci hatiku”, kepada lawan jenisnya. Lalu mulai abad pertengahan, Valentine Day menjadi sekedar arena merebut simpati si buah hati untuk diminta menjadi pasangannya. Di beberapa negara, jika seorang perempuan mendapatkan hadiah pakaian dari seorang laki-laki, itu artinya ia ingin menikahinya suatu saat kelak. Di lain tempat, jika seorang perempuan melihat burung gereja tepat di hari Valentine, artinya kelak ia akan menikah dengan orang miskin, tapi tetap akan hidup bahagia bersama. Sebaliknya kalau ia melihat burung goldfinch, ia boleh berharap suatu saat nanti akan menikah dengan seorang konglomerat yang kaya raya. Kemudian sejak awal 1800-an, tanggal 14 Februari berubah sama sekali menjadi tanggal paling komersial. Loveland, sebuah kota di negara bagian Colorado-Amerika Serikat, mampu meraup laba besar hanya dari bisnis jasa pos pengiriman kartu Valentine dan hadiah beraneka ragam bentuk. Dan begitu pula yang terjadi di banyak negara di pelbagai belahan dunia.

Ted Olsen (1997), jurnalis Catholic Online (http://www.christianitytoday.com) pernah mengkritik keras tradisi Valentine day ini. Menurutnya, Valentine berikut Marius dan latar belakang kematiannya tidak ada hubungannya dengan sekedar cinta romantis (romantic love). Kalau kita runut sejarah proses penyimpangan hikmah perjuangan Valentine, faktor pokok yang mempengaruhi penyimpangan itu tak lain dan tak bukan adalah kepentingan kapitalisme global, yang dalam kasus lain berhasil memanipulasi peringatan Santo Nicolaus atau dikenal dengan Santa Claus atau Sinterklas setiap tanggal 6 Desember menjadi pusat perhatian sekitar perayaan Natal lebih dari makna kelahiran Isa al Masih, tanda solidaritas Allah di tengah situasi hidup manusia yang penuh ketidakberesan (hanya karena Sinterklas bisa menjadi salesman hadiah Natal yang baik). Padahal tak banyak yang tahu bahwa Nicolaus dihormati dan diperingati atas komitmen sosialnya pada anak-anak miskin dan yatim piatu dan kegiatannya menyantuni mereka dengan berbagai barang kebutuhan sehari-hari (Neil Postman, 1995).Fenomena peringatan Valentine Day dan Santa Claus yang salah kaprah itu membuktikan bahwa keduanya telah menjadi obyek manipulasi sejarah sekaligus pendangkalan makna demi melangsungkan kepentingan kapitalisme. Keduanya telah dijadikan komoditas bagi industri barang dan jasa yang memberikan laba finansial perusahaan, dan bukan lagi menjadi momentum yang baik untuk seluruh umat manusia merefleksikan nilai-nilai cinta kasih universal, keadilan, anti kekerasan, dan anti-penindasan.

Kini, banyak orang muda tidak merasa perlu peduli lagi pada makna peringatan Valentine Day sesungguhnya. Penyebabnya adalah sistem pendidikan yang tidak mendorong munculnya kekritisan, pendidikan yang membelenggu kebebasan, yang anti-dialogika (Paulo Freire, 1985). Bukankah sesungguhnya orang muda berpotensi untuk terus-menerus ingin tahu dan berpikir tentang segala sesuatu, namun mereka dibodohkan sehingga menjadi sekedar banyak tahu dan hafal sederetan ilmu atau rumus? Apalagi situasi ini diperparah oleh kecerdikan –atau tepatnya kelicikan—sistem kapitalisme yang berhasil memanfaatkan kerdilnya pola pikir mereka ini menjadi sasaran penipuan dan manipulasi yang dikemas dalam bungkus entertainment atau hiburan yang sudah pasti lebih disukai, sehingga mereka berhasil dijadikan penganut ideologi dominan kapitalisme (Escobar, 1998).

Dalam kasus Valentine Day ini, nilai cinta universal (bagi semua orang) dan semangat menolak tirani yang anti cinta, sepertinya tidak laku untuk dijual. Maka, sebelum menawarkan barang dan jasa, sistem kapitalis menyebarluaskan ide bahwa Valentine Day adalah Hari Bercinta Sedunia, dan untuk merayakannya semua orang harus membeli banyak barang dan jasa sebagai hadiah, kenang-kenangan dan sarana pengungkapan afeksi yang dangkal.

Nilai Sejati Valentine Day
Maka, sebaiknya nilai sejati peringatan Valentine Day yang berintikan cinta universal perlu dihadirkan kembali. Cara ini sekaligus menjadi upaya pendidikan yang membebaskan (Paulo Freire, 1985) yang lebih sejati dan serius. Menyebarluaskan (kembali) makna sesungguhnya atas Valentine Day adalah satu dari sekian banyak cara menyelenggarakan transformasi pendidikan atas generasi muda kita di jaman sekarang, hingga mereka bersama masyarakatnya kembali memiliki cinta kasih sejati bagi semua orang, terlebih di dalam situasi bangsa yang tengah didera perpecahan antar golongan, kebencian dan curiga satu sama lain, kekerasan yang menjadi-jadi, dan individualisme-hedonisme massal

Rahasia di balik terlarangnya Valentine’s Day
Suatu fenomena bulan Februari dimana merebaknya media massa ceta, elektronik, mall-mall, sekolahan dan kampus berlomba untuk mencari perhatian remaja putera putri bumi pertiwi ini, menggelar acara yang tidak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua ini bermuara pada satu hal yaitu : “Valentine’s Day”, suatu momen yang melambangkan cinta kasih dengan ucapan ; Be My Valentine atau Selamat Valentine’s Day, berkirim kartu, bingkisan, bunga, curhat, saling tukar pasangan, peresmian cinta dan seterusnya. apa rahasia yang tersimpan dibalik perayaan Valentine’s Day ini..???.
The World Book Encyclopedia Vol. 20 (1993) melukiskan banyaknya versi tentang Valentine’s Day.Perayaan Lupercilia adalah rangkaian upacara penyucian di masa romawi Kuno (Februari 1318). dua hari pertama dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feveristi) “Juno Februarta”. Pada hari itu para pemuda mengundi nama-nama gadis didalam kotak, lalu setiap pemuda mengambil secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama satu tahun untuk bersenang-senang dan menjadi objek hiburan.
Ketika agama katolik masuk ke roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani antara lain mereka mengganti nama-nama gadis tersebut dengan nama Paus dan Pastor diantara pendukungnya kaisar Constantine dan Paus Gregory I ( Lihat the Encyclopedia Brintanica Vol 12 sub judul Cristiany). Agar lebih mendekatkan lagi dengan ajarankristen pada tahun496 M Paus Gelagius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Valentine’s Day, untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada tanggal 14 Februari ( the World Book encylopedia 1998).Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should biblical Cristians Observer It ? ” mengatakan bahwa : Kata Valentine berasal dari bahasa Latin yang berarti ” Yang Maha Perkasa Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan pada nimrod dan Lupercus, tuhannya orang-orang Romawi. Maka disadari atau tidak ketika seseorang mengucapkan ” Be Valentine’s Day atau selamat Valentine’s Day” ia telah melakukan perbuatan yang sangat dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ia telah mengagungkan makhluk setara dengan pengagungan khaliq ‘ Azza Wa Jalla(Allah Ta’ala). Menandingi dan menduakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal kekuasaan, yaitu meminta manusia untuk menjadi sang maha kuasa, sehingga hal ini baik secara sengaja atau tidak sengaja ketika seseorang mengucapkan “be my Valentin’s atau selamat Valentine’s Day” berarti telah berupaya menghidupkan kembali budaya romawi, Suatu ritual keagamaan berupa pemujaan terhadap berhala yang semua ini bersumber dari ajaran paganisme (Penyembahan patung-patung/berhala) dan ajaran musyrikin, bahkan tidak ada kaitannya sedikitpun dengan “hari kasih Sayang…!!!”
Dengan demikian akankah kita sebagai kaum muslimin, yang mengaku beragama Islam larut dan bergelimang dalam ritual keagamaan dan budaya kaum romawi ( yang merupakan orang kafir), kaum musyrikin, dan penganut paganisme…!!! Jawabannya Tentu TIDAK………!!! TIDAK SAMA SEKALI…!!!!!

Aroma Kristen di Balik Hari Valentine
Valentine Day (Hari Valentine) sudah menjadi tren perayaan cinta di negara kita, negara Indonesia. Para remaja bersuka-ria menyambut kedatangannya dengan berbagai ekspresi yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan tradisi leluhur kita. Orang-orang dari generasi tua pun, tidak sedikit yang ikut-ikut bergabung, atau minimal membiarkan anak-anak mereka merayakannya dengan hal-hal yang berbau pergaulan bebas. Para remaja kita menghabiskan banyak uang dan waktu untuk memperingatinya, karena menurut mereka hari itu adalah hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang pada orang yang dicintainya.
Asal Mula Hari Valentine
Ada banyak versi tentang Valentine, di antaranya adalah kisah Pendeta Santo Valentinus yang dihukum mati pada tanggal 14 februari 270 M oleh Kaisar Romawi Claudius II karena menentang perintah-perintahnya. Pada waktu itu, kerajaan tersebut sedang gencar-gencarnya melakukan invasi ke kerajaan-kerajaan lain. Claudius II menilai bahwa tentaranya yang belum kawin lebih tabah berperang, sekalipun berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, daripada mereka yang sudah menikah. Oleh karena itu, raja ambisius ini melarang para pemuda menikah dan memerintah agar menjadi prajuritnya. Namun St. Valentinus yang sedang asyik menjalani percintaannya tidak memperdulikan larangan itu, sekalipun akan berdampak negatif pada dirinya. Dia menikah di gereja dengan sembunyi-sembunyi, tapi hal itu tercium juga oleh Claudius II. Dan akhirnya Valentinuspun ditangkap dan dipenjara. Ketika mendekam di penjara, dia berkenalan dengan putri salah satu petugas yang sedang sakit, lalu dia mengobatinya hingga sembuh dan hatinya terpaut pada perempuan jelita itu. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu bertuliskan “dari yang tulus cintanya, Valentinus”.
Menurut versi kedua, St. Valentinus adalah misionaris Kristen yang datang ke Romawi dan mengajak penduduk setempat memeluk agama yang dibawanya. Setelah misi tersebut sampai ke telinga Claudius II dan dianggap akan mengganggu stabilitas kerajaannya, maka Claudius II menangkap dan menjatuhinya hukuman mati.
Sedangkan versi lain menyebutkan, ketika Kristen tersebar di daratan Eropa, di salah satu desa ada sebuah tradisi yang menarik perhatian para pendeta, yaitu setiap pertengahan Februari para pemuda berkumpul dan menulis nama-nama gadis di desa tersebut lalu dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Setelah itu masing-masing mereka mengambil satu persatu nama yang telah dimasukkan. Nama gadis yang keluar dari kotak tersebut akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun dan saling kirim kartu yang bertuliskan “dengan nama tuhan ibu”
Akibat sulitnya mengubah tradisi tersebut, maka para pendeta itu memutuskan untuk mengubah kata “dengan nama tuhan ibu” yang sudah mengakar jadi keyakinan dengan kata “dengan nama pendeta Valentine”, sehingga bisa mengikat para pemuda desa itu dengan agama Kristen yang menjadi misi utama para pendeta itu mendatangi daratan Eropa.
Beberapa tahun kemudian, peringatan Valentine Day berkembang pesat seiring dengan pesatnya perkembangan Agama Kristen di Eropa. Kemudian Paus Gelasius mendeklarasikan tanggal 14 Februari sebagai Valentine Day sekitar tahun 498 M. Demikianlah legenda-legenda seputar Valentine Day, meski masih terjadi banyak kesimpangsiuran mengenai hal ini.
Di Balik Hari Valentine Bila merujuk pada sejarah di atas, maka budaya perayaan Hari Valentine sebetulnya adalah salah satu trik dari sekian banyak trik kristenisasi, untuk melepas dan menghancurkan keyakinan kita secara perlahan tanpa kita sadari. Tapi ironisnya, kita yang diperintah untuk mengikuti jejak langkah Rasulullah r kadang juga ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, yang sebetulnya dirayakan oleh umat Kristiani untuk mengenang kembali kematian seorang pendeta Kristen yang mati dibalik jeruji besi. Padahal, kita tidak pernah mengingat kematian para tokoh Islam seperti Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Hamzah bin Abdil Mutthallib, dan lainnya yang mati terbunuh dengan cara yang sadis dan mengenaskan ketika mereka mempertahankan ajaran mulia yang diembannya.
Maka, bagi umat Islam sangat tidak layak ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, karena perayaan itu adalah hari raya dan tradisi orang-orang musyrik yang bertujuan untuk mengenang kematian seorang pendeta dan untuk mengikat hati orang-orang yang merayakannya dengan agama kafir. Harus kita ingat bahwa dalam riwayat Abdullah bin Umar, Rasulullah r pernah menyatakan.

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dalam golongan mereka.” (HR Abu Dawud: 3512)
Menurut al-Munawi dan al-Alqami, kata tasyabbaha biqaumin (menyerupai suatu kaum) memiliki arti berhias diri, berperilaku, dan melakukan tradisi sama dengan mereka. Jadi, orang yang meniru suatu kelompok dalam berpakaian, berperilaku, atau melakukan tradisi mereka, maka dia akan mendapatkan dosa yang sama dengan kelompok tersebut, apabila yang ditiru adalah perbutan buruk; dan mendapat pahala yang sama dengan kelompok tersebut, apabila yang ditiru adalah perbuatan baik.
Maka, atas dasar hal ini, kita mesti menerapkan filter yang ketat dalam menerima budaya dan tradisi orang lain. Budaya dan tradisi itu harus diukur dengan ukuran-ukuran syariat. Karena, Islam melarang kita meniru budaya atau menggunakan atribut-atribut yang biasa digunakan oleh orang-orang fasik, apalagi orang-orang kafir


Kisah Pengorbanan Pendeta Baik Hati
Di berbagai belahan dunia, orang beramai-ramai mengamini bahwa tanggal 14 Februari adalah hari Velentine. Di Indonesia pun, para warganya turut menyambut gembira datangnya hari kasih sayang ini, meskipun sebenarnya mereka tak tahu pasti mengapa harus ikt merayakan hari tersebut.
Bukankah untuk menunjukkan rasa sayang kita terhadap teman, kekasih ataupun keluarga kita tak perlu menunggu datangnya tanggal 14 februari, kita bisa menunjukkannya setiap hari. Kita juga tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli coklat, bunga dan pernak-pernik lainnya untuk menunjukkan rasa sayang kita, cukup dengan perhatian yang tulus.
Terlepas dari itu semua, marilah kita kupas secara detail keistimewaan hari Valentine yang kedatangannya selalu membuat dunia menjadi serba merah muda. Beberapa para ahli mengatakan bahwa asal mula Valentine itu berkaitan dengan St. Valentine. Ia adalah seorang pria Roma yang menolak melepaskan agama Kristen yang diyakininya.
Ia meninggal pada 14 Februari 269 Masehi, bertepatan dengan hari yang dipilih sebagai pelaksaan ‘undian cinta’. Legenda juga mengatakan bahwa St. Valentine sempat meninggalkan ucapan selamat tinggal kepada putri seorang narapidana yang bersahabat dengannya. Di akhir pesan itu, ia menuliskan : “Dari Valentinemu”.
Sementara itu sebuah cerita lain mengatakan bahwa Saint Valentine adalah seorang pria yang membaktikan hidupnya untuk melayani Tuhan di sebuah kuil pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Ia dipenjarakan atas kelancangannya membantah titah sang kaisar. Baru pada tahun 496 Masehi, pendeta Gelasius menetapkan 14 Februari sebagai hari penghormatan bagi Valentine.
Akhirnya secara bertahap 14 Februari menjadi hari khusus untuk bertukar surat cinta dan St. Valentine menjadi idola para pecinta. Datangnya tanggal itu ditandai dengan pengiriman puisi cinta dan hadiah sederhana, semisal bunga. Sering juga untuk merayakan hari kasih sayang ini dilakukan acara pertemuan besar atau bahkan permainan bola.
Di AS, Miss Esther Howland tercatat sebagai orang pertama yang mengirimkan kartu valentine pertama. Acara Valentine mulai dirayakan besar-besaran semenjak tahun 1800 dan pada perkembangannya, kini acara ini menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan.
Perlahan semarak hari kasih sayang ini merebak keluar dan menular pada masyarakat di seluruh dunia dibumbui dengan versi sentimentak tentang makna valentine itu sendiri. Bahkan anak-anak kecil pun tertular dengan wabah ini, mereka saling berkirim kartu dengan teman-temannya di sekolah untuk menunjukkan rasa sayang mereka.

Asal mula hari Valentine tercipta pada jaman kerajaan Romawi. Menurut adat Romawi, 14 Februari adalah hari untuk menghormati Juno. Ia adalah ratu para dewa dewi Romawi. Rakyat Romawi juga menyebutnya sebagai dewi pernikahan. Di hari berikutnya, 15 Februari dimulailah perayaan ‘Feast of Lupercalia.’
Pada masa itu, kehidupan belum seperti sekarang ini, para gadis dilarang berhubungan dengan para pria. Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Nantinya para pria harus mengambil satu kertas yang berisikan nama seorang gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival itu.
Tak jarang pasangan ini akhirnya saling jatuh cinta satu sama lain, berpacaran selama beberapa tahun sebelum akhirnya menikah. Dibawah pemerintahan Kaisar Claudius II, Romawi terlibat dalam peperangan. Claudius yang dijuluki si kaisar kejam kesulitan merekrut pemuda untuk memperkuat armada perangnya.
Ia yakin bahwa para pria Romawi enggan masuk tentara karena berat meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Akhirnya ia memerintahkan untuk membatalkan semua pernikahan dan pertunangan di Romawi. Saint Valentine yang saat itu menjadi pendeta terkenal di Romawi menolak perintah ini.
Ia bersama Saint Marius secara sembunyi-sembunyi menikahkan para pasangan yang sedang jatuh cinta. Namun aksi mereka diketahui sang kaisar yang segera memerintahkan pengawalnya untuk menyeret dan memenggal pendeta baik hati tersebut.
Ia meninggal tepat pada hari keempat belas di bulan Februari pada tahun 270 Masehi. Saat itu rakyat Romawi telah mengenal Februari sebagai festival Lupercalia, tradisi untuk memuja para dewa. Dalam tradisi ini para pria diperbolehkan memilih gadis untuk pasangan sehari.
Dan karena Lupercalia mulai pada pertengahan bulan Februari, para pastor memilih nama Hari Santo Valentinus untuk menggantikan nama perayaan itu. Sejak itu mulailah para pria memilih gadis yang diinginkannya bertepatan pada hari Valentine.
Kisah St. Valentine
Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ketiga. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut, dan ia bukan satu-satunya. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini bertepuk sebelah tangan. Para pria enggan terlibat dalam perang. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Hal ini membuat Claudius sangat marah, ia pun segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Ia berfikir bahwa jika pria tak menikah, mereka akan dengan sennag hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Para pasangan muda menganggap keputusan ini sangat tidak manusiawi. Karena menganggap ini adalah ide aneh, St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
Ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini diketahui kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tak bergeming dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin, tanpa bunga, tanpa kidung pernikahan.
Hingga suatu malam, ia tertangkap basah memberkati sebuah pasangan. Pasangan itu berhasil melarikan diri, namun malang ia tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis mati. Bukannya dihina, ia malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara.
Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta itu adalah putri penjaga penjara. Sang ayah mengijinkannya untuk mengunjungi St. Valentine di penjara. Tak jarang mereka berbicara selama berjam-jam. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta itu. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.
Di hari saat ia dipenggal,14 Februari, ia menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis itu atas semua perhatian, dukungan dan bantuannya selama ia dipenjara. Diakhir pesan itu, ia menuliskan : “Dengan Cinta dari Valentinemu.”
Pesan itulah yang kemudian merubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Tradisi Valentine
– Selama beberapa tahun di Inggris, banyak anak kecil di dandani layaknya anak dewasa pada hari Valentine. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah sambil bernyanyi.
– Di Wales, para pemuda akan menghadiahkan sendok kayu pada kekasihnya pada hari kasih sayang itu. Bentuk hati dan kunci adalah hiasan paling favorit untuk diukir di atas sendok kayu tersebut.
– Pada jaman Romawi kuno, para gadis menuliskan namanya di kertas dan memasukkan ke dalam botol. lalu para pria akan mengambil sah satu kertas tersebut untuk melihat siapakan yang akan menjadi pasangan mereka dalam festifal tersebut.
– Di Negara yang sama, para gadis akan menerima hadiah berupa busana dari para pria. Jika ia menerima hadiah tersebut, ini pertanda ia bersedia dinikahi pria tersebut.
– Beberapa orang meyakini bahwa jika mereka melihat robin melayang di udara saat hari Valentine, ini berarti ia akan menikah dengan seorang pelaut. Sementara jika seorang wanita melihat burung pipit, maka mereka akan menikah dengan seorang pria miskin. Namun mereka akan hidup bahagia. Sementara jika mereka melihat burung gereja maka mereka akan menikah dengan jutawan.
– Sebuah kursi cinta adalah kursi yang lebar. Awalnya kursi ini dibuat untuk tempat duduk seorang wanita (jaman dahulu wanita mengenakan busana yang sangat lebar). Belakangan kursi cinta dibuat untuk tempat duduk dua orang. dengan cara ini sepasang kekasih bisa duduk berdampingan.
– Pikirkan lima atau enam nama pria (jika anda wanita) atau lima atau enam nama wanita (jika anda pria) yang ingin anda nikahi. Lalu putralah setangkai apel sambil menyebut nama tersebut satu persatu. Anda akan menikah dengan nama yang anda sebut saat tangkai tersebut lepas dari buahnya.
– Petiklah sekuntum bungan dandelion yang tengah mengembang. Tiuplah putik-putik pada bunga tersebut, lalu hitunglah putik yang tersisa. Itu adalah jumlah anak yang akan anda miliki setelah menikah.
– Jika anda memotong sebuah apel pada tengahnya dan menghitung jumlah biji di dalamnya, ini juga bisa menunjukkan jumlah anak yang akan anda miliki setelah menikah.

Keharaman Merayakan Valentine’Day
Merayakan Valentine Day, Berarti Ikut Menuhankan Yesus
Di hari-hari ini, sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang
ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda
pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk
pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang
didominasi dua warna: pink dan biru muda.

Dan Anda pasti mafhum, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh
dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan
dengan Valentine Day.

Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan.
Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama
orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine
Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum
ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam
besar seperti Indonesia.

Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari
Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan
perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya.
Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.

Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung
muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius,
bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa
musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga
ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa
demikian?

Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan
tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai
hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April
Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005),
sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:

Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang
paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup
pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14
Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak
memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke
dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi
dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.

Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang
sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender
Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan
Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada
pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang
merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa
kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang
dan berpakaian kulit kambing.

Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan
ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban
berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam
kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh
siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk
disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit
kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu
yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi
Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal
15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari),
dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno
Februata.

Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di
dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara
acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun
penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang
memilihnya.

Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan
Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki
muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu
berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak
mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara
paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara
lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.
Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.

Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius
I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan
nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang
kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.

Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah
disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini
sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari.
Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi.
Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya
“St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah
diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang
berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan
Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo
Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa
Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi.
Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan
menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda
bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang
yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi
tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan
dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak
pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan
hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14
Februari 269 M.

TRADISI KIRIM KARTU
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan
langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of
Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang
St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di
Perancis.

Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan
musim kawin burung-burung dalam puisinya.

Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang
masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh
pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine”
berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya
pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang
Romawi.

Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain
atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu
sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang
dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang
Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali
budaya pemujaan kepada berhala.

Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah
telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter”
dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga
diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri
pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!

Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi
di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang
ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus
paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang
berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern
Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara
ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.

Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak
ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau
demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun
sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.

Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk
menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via
Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus.
Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja
Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah
diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.

Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari
Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan
dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa
khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang
sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender
gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha
gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang
asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan
mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih
dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.

Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda
zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme
(penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati
siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada
tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati
secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin,
Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok
gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.

KEPENTINGAN BISNIS

Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan
ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang
bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha
bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang
telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.

Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan
Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang
yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang
amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog
sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis
dibelokkan menjadi perayaan bisnis.

PESTA KEMAKSIATAN

Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri
Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa
seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa
ini juga merambah ke daratan Amerika.

Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika.
Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya
berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah
wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor
oleh daerah koloninya di Amerika Utara.

Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak
setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester,
Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan
kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu di
Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini
kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.

Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan
AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a
Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.

Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika,
produksi kartu dibuat secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card
Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar
kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua
setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year),
di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga
memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari
semua kartu valentine.

Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika
mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik
sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar.
Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa
berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian
mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk
memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.

Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari
Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang
serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’
yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang
pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan
sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah
sesungguhnya esensi dari Valentine Day.

Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan
sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja,
sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di
berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di
masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang
dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan
menjijikan.

IKUT MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia yang
notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan
Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine
Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung
nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan
mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian
banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan
seperti itu?
Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan
ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan lain
sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau
tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani
tersebut, apa pun alasanya.
Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine,
maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang
mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya yang di dalam
Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan
Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah
SWT. Naudzubillahi min dzalik!

Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut,
Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, Memberi selamat atas
acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa
perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan
puasa mereka, dengan mengucapkan, Selamat hari raya! dan sejenisnya.
Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling
tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat
atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut
lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi
selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang
kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari
buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan
kemarahan dan kemurkaan Allah.

Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat
Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Wallahu'alam bishawab.
Salah Satu bentuk Tradisi Valentine’s Day

Hari Kasih Sayang
Bersiap Belanja Bunga dan Cokelat


JAKARTA – Tiga hari lagi Hari Kasih Sayang alias Valentine’s Day tiba. Tepatnya pada tanggal 14 Februari ini. Peringatan tersebut memang datang dari Barat. Ini dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, ini memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya.
Valentine’s Day ini identik pula dengan tukar-menukar kado. Bisa berupa cokelat, bunga, perhiasan, kaset/CD dan hadiah spesial lainnya. Disadari atau tidak, perayaan dari budaya Barat ini pun telah diserap oleh orang-orang Indonesia. Sudah banyak orang Indonesia yang merayakannya dengan kebiasaan masing-masing.
Kini, jika Anda berjalan-jalan ke mal atau pusat perbelanjaan, hiasan perayaan Imlek telah diganti. Warna yang mendominasi sama merahnya, namun berbeda tulisan dan simbolnya. Pasti pada setiap helaian pita atau balon ada tergores nama seorang tokoh suci dari Roma asal abad ketiga, St. Valentine. Ditambah pula oleh hiasan-hiasan lain berbentuk hati berwarna merah atau merah jambu.
Tema Valentine menarik para pebisnis ritel yang berkaitan dengan barang-barang untuk hadiah. Tentu mereka melihat suatu peluang yang sama-sama menguntungkan penjual dan pembeli. Motivasi para pedagang untuk menawarkan barang-barang bertema Valentine. Pembeli pun mencari nilai tambah suasana hidup dengan ungkapan kasih.
Tidak ada salahnya untuk mengintip jualan bertema Valentine. Sebagai inspirasi untuk menentukan sebuah bingkisan yang tepat bagi orang yang Anda kasihi di Hari Valentine nanti.

sh/sally piri
Sebuah toko bunga, Blossoms, di Hotel Mulia Jakarta yang menyediakan pilihan bunga-bunga impor dan lokal yang siap dengan koleksi Valentine’s Day.

Blossoms di Hotel Mulia
Bingkisan Valentine tidak jauh dari bunga. Untuk menyambut Valentine’s Day ini sebuah toko bunga yang terletak di lantai lobi Hotel Mulia, Blossoms, mengemas nuansa Valentine di dalam toko sejak tanggal 10 Februari. Tujuannya, agar para pengunjung dapat merasakan suasana Valentine sebagai salah satu tema perayaan di bulan Februari.
Menurut Budi Susanto, Chief Florist Blossoms, karena warna merah dan merah jambu identik dengan hari tersebut, maka ia pun banyak mengeluarkan rangkaian-rangkaian dengan warna-warna tersebut. ”Kalau di kita rasanya warna yang digemari merah jambu, namun kalau mengarah ke budaya Barat maka warna merah tualah yang lebih disukai,” ujar Budi.
Dan warna-warna tersebut dikemas sedemikian rupa untuk menjadi bingkisan Valentine yang cantik seperti berbentuk hati. ”Segala sesuatunya dibuat sedemikian rupa agar bisa terlihat seromantis mungkin,” tambah Budi.
Sementara untuk jenis rangkaian, Blossoms pun menyediakan sesuatu yang spesial untuk diberikan kepada orang yang dikasihi. Misalnya ada bunga yang berbentuk hati. Salah satu ciri khas rangkaian dari Blossoms yaitu ”grouping” alias padat mengelompok. ”Untuk mempersembahkan kepada orang yang dikasihi, kami mengarah kepada rangkaian berbentuk bouquet,” ujar Budi.

Jenis Bunga
Jenis bunga-bunga yang disediakan Blossoms ada yang lokal dan ada impor. Kalau jenis impor didatangkan dari Belanda, Equador dan Prancis. Menurut Budi, bunga lokal agak sensitif dibanding bunga impor. Bunga impor pun memiliki suatu ciri tertentu. Misalnya dari Belanda, kelopaknya membesar. Dan dari Equador lebih besar lagi kelopaknya. Sementara bunga asal Prancis akan tampak lebih padat pada bagian kelopak. Ini terjadi karena bibit masing-masing bunga pun berbeda.
Di toko Blossoms sendiri yang sering dipakai untuk merangkai adalah dari Belanda dan Equador. Untuk jenis Rose saja ada lima jenis yang tersedia. Di antaranya ada Rose Velvet, First Lady, Sky Line, Blue Velvet dan sejenis Rose Anna alias merah jambu yang amat lembut.
Jenis lainnya ada lebih dari sepuluh macam bunga. Di antaranya ada Lily. Ini pun terdiri dari berbagai jenis. Misalnya ada Lily Casablanca dan Lily Oriental. Sebagai hiasan tambahan dalam sebuah rangkaian maka ditambah dengan pita, balon bahkan boneka panda. ”Rasanya itu akan menjadi lebih spesifik,” ujar Budi.
Pemesanan bunga di toko Blossoms dapat dilakukan melalui telepon dan fax bahkan datang langsung. Pembayarannya bisa dilakukan dengan tunai atau kredit. Untuk pengantaran bunga, maka minimun pemesanan adalah Rp 400.000. Dalam hal ini tidak ada biaya antar. Namun jika pemesanan di bawah Rp 400.000 maka biaya antar bisa mencapai Rp50.000. Sedikitnya untuk sebuah rangkaian, harganya mencapai Rp 200.000.
Pemesanan yang dilakukan pada pagi hari bisa diantar sore di hari yang sama. Kalau datang sendiri ke Blossoms maka hanya dengan menunggu sekitar 15 menit, rangkaian sudah siap diambil.
Dalam kesehariannya, Blossoms menyuplai rangkaian bunga-bunga untuk diletakkan di lobi dan kamar-kamar hotel. Rangkaiannya mengikuti standar-standar yang diberikan oleh seorang konsultan bunga asal Singapura, Sebastian Ee.

Jewelery dan Cokelat
”Meski tidak ada kemasan Hari Valentine yang sangat spesifik, tapi kami menyediakan beberapa koleksi cantik untuk tema Valentine,” ujar Privilia manajer toko perhiasan ”Muchas”. Mereka pun siap dengan koleksi berdasarkan warna-warna Valentine yang didominasi oleh warna merah dan merah jambu.
The Muchas Jewels menggunakan kristal Swarovsky dalam setiap rangkaian perhiasannya. Sementara sebagai rantai penghubung dipilih silver sterling. Muchas yang berpusat di Singapura ini memiliki koleksi yang menawan dan berani dalam mengeksplorasi ide. Alhasil, penampilan dari setiap rangkaiannya pun ada yang terlihat elegan, mewah bahkan kasual untuk dipakai sehari-hari. Perhiasannya tidak hanya untuk pesta saja melainkan untuk aksesoris ke kantor, ke mal dan lainnya.
Lokasi toko The Muchas Jewels ini terletak di Grand Hyatt Gallery, area antara hotel Grand Hyatt dan Plaza Indonesia. Toko dengan gaya nuansa Eropa tersebut dapat pula menjadi inspirasi Anda dalam memberikan bingkisan Hari Kasih Sayang mendatang.
Sementara itu, sebagai pilihan lain yang tidak kalah menarik, bingkisan Valentine pun dapat berupa cokelat. L’atelier Du Chocolat yang memiliki arti studio cokelat itu menyediakan kemasan-kemasan spesial untuk hari kasih sayang nanti. Lokasi toko cokelat tersebut ada di Kemang Selatan.
Perlu dicatat, bahan-bahan pembuat cokelat ini didatangkan dari importir Prancis yang ada di Indonesia. Artinya, sebagian besar bahan pembuat cokelat itu asli dari Prancis. Selain itu, desainer dan pembuat cokelat L’atelier Du Chocolat ini pun orang Prancis yang berdomisili di Jakarta.
Kalau ada istilah asing ”say it with flower” toko cokelat ini pun tidak mau kalah dengan slogan yang dibuatnya yaitu ”say it with chocolate.” Ini benar-benar sebuah ungkapan yang tertulis di pada cokelat. Apakah Anda sudah mempunyai pilihan bingkisan yang tepat untuk orang yang Anda kasihi?
(SH/sally piri)

Dari namanya saja, perayaan Hari Kasih Sayang ini serasa memiliki perpaduan sebuah tradisi yang bernuansa Kristiani dan Roma kuno. Ada beberapa versi mengenai legenda dari sosok Valentine ini.
Dahulu, seorang pemimpin agama Katolik bernama Valentine bersama rekannya Santo Marius secara diam-diam menentang pemerintahan Kaisar Claudius II kala itu. Pasalnya, kaisar tersebut menganggap bahwa seorang pemuda yang belum berkeluarga akan lebih baik performanya ketika berperang. Ia melarang para pemuda untuk menikah demi menciptakan prajurit perang yang potensial.
Nah, Valentine tidak setuju dengan peraturan tersebut. Ia secara diam-diam tetap menikahkan setiap pasangan muda yang berniat untuk mengikat janji dalam sebuah perkawinan. Hal ini dilakukannya secara rahasia.
Lambat laun, aksi yang dilakukan oleh Valentine pun tercium oleh Claudius II. Valentine harus menanggung perbuatannya. Ia dijatuhi hukuman mati. Ada sebuah sumber yang menceritakan bahwa ia mati karena menolong orang-orang Kristen melarikan diri dari penjara akibat penganiayaan.
Dalam legenda ini, Valentine didapati jatuh hati kepada anak gadis seorang sipir, penjaga penjara. Gadis yang dikasihinya senantiasa setia untuk menjenguk Valentine di penjara kala itu. Tragisnya, sebelum ajal tiba bagi Valentine, ia meninggalkan pesan dalam sebuah surat untuknya.
Ada tiga buah kata yang tertulis sebagai tanda tangannya di akhir surat dan menjadi populer hingga saat ini—-‘From Your Valentine.’ Ekspresi dari perwujudan cinta Valentine terhadap gadis yag dicintainya itu masih terus digunakan oleh orang-orang masa kini. Akhirnya, sekitar 200 tahun sesudah itu, Paus Gelasius meresmikan tanggal 14 Febuari tahun 496 sesudah Masehi sebagai hari untuk memperingati Santo Valentine.
Versi lain tentang Valentine dimulai pada zaman Roma kuno tanggal 14 Febuari. Ini merupakan hari raya untuk memperingati Dewi Juno. Ia merupakan ratu dari segala dewa dan dewi kepercayaan bangsa Roma. Orang Romawi pun mengakui kalau dewi ini merupakan dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan. Dan sehari setelahnya yaitu tanggal 15 Februari merupakan perayaan Lupercalia.
Kala itu, anak-anak lelaki dan perempuan harus dipisahkan satu sama lain. Namun, pada malam sebelum Lupercalia, nama-nama anak perempuan Romawi yang sudah ditulis di atas kertas dimasukkan ke dalam botol. Nah, setiap anak lelaki akan menarik sebuah kertas. Dan anak perempuan yang namanya tertulis di atas kertas itulah yang akan menjadi pasangannya selama festival Lupercalia berlangsung keesokan harinya. Kadang-kadang, kebersamaan tersebut bertahan hingga lama. Akhirnya, pasagan tersebut saling jatuh cinta dan menikah di kemudian hari.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)


Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.

SEJARAH VALENTINE:

Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.

Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.


Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.


Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.


Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.


Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.

PANDANGAN ISLAM

Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?


Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:

“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)


Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.


Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.

Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.
Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:-

Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam masalah 'Valentine Day'.


1. PRINSIP / DASAR
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.


2. SUMBER ASASI
Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.

Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.

Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.


3. TUJUAN
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menja_link_an persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.


4. OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)

Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.


Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.


Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.


Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.


MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah :
“…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.


Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.

Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.

Firman Allah s.w.t.:
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.


Berkata Peguam Zulkifli Nordin (pengacara di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-

"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!! Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Spanyol..

0 komentar: