FUNGSI SHALAT SUNAH
Apa Sunah Itu?Berbicara tentang sunah dalam syariat Islam akan ditemui dua penger-tian, yaitu menurut ahli ushul fikih dan menurut ahli fikih. Para ahli ushul fikih membicarakan sunah dalam kaitannya dengan sumber hukum. Sedang-kan para ahli fikih membicarakan sunah dalam kaitannya dengan hukum amal perbuatan. Oleh sebab itu, sunah menurut ahli ushul fikih adalah sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik itu berupa perkataan, per-buatan, maupun persetujuan beliau, dalam kedudukannya sebagai sumber hukum syara kedua setelah Al-Quran. Sedangkan ahli fikih mengatakan sunah adalah salah satu dari hukum perbuatan yang lima (wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah). Yakni suatu amalan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.
Dalam pembahasan bukum ini yang dimaksud dengan sunah (shalat sunah) adalah sunah menurut pandangan ahli fikih. Karena itu, shalat sunah adalah ibadah shalat yang hukumnya mustahab (dianjurkan). Dalam fikih Islam, shalat sunah terbadai pada dua bagian; sunah mutlak dan sunah muqayad. Sunah mutlak adalah sunah yang tidak terikat dengan waktu dan jumlah rakaat. Sedangkan sunat muqayad adalah sunah yang terikat dengan waktu dan jumlah rakaat. Sunah muqayad ini, ada yang disyariatkan meng-ikuti shalat wajib yang disebut dengan sunah rawatib dan nawafil. Adapun ditinjau dari segi pelaksanaannya shalat sunah ini terbagi dua, sunah muakkadah dan sunah gairu muakkadah. Sunah muakkadah adalah sunah yang pelaksanaannya benar-benar sangat dianjurkan, sedangkan sunah gairu muakkadah hanya bersifat sunah biasa.
Shalat Sunah, Suatu Ibadah
Dalam Al-Quran Al-Karim, Allah SWT menyebutkan bahwa Dia men-ciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Firman Allah:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk, khususnya jin dan manusia, adalah untuk mengabdi, beribadah dan menyembah kepada-Nya. Perbuatan mengabdi, beribadah dan menyembah adalah suatu kegiatan dan aktivitas yang dalam istilah agama Islam disebut amal. Kata amal apabila dikaitkan dengan kegiatan pengabdian dan periba-datan kepada Allah SWT disebut dengan amal ibadah. Apabila amal ibadah itu baik, artinya sesuai dengan syariat Allah dan Rasul-Nya serta bukan sesuatu yang bid'ah maka ia disebut amal saleh. Sedangkan apabila amal itu buruk dan keluar dari koridor Al-Quran dan Sunah Rasul maka disebut amal sayiat atau bid'ah.
Di dalam Al-Quran Al-Karim dan As-Sunnah tidak didapati kata amal ibadah, tetapi biasa ditemukan kata amal saleh. Namun karena amal ibadah itu sifatnya baik maka ia tercakup dalam kata amal saleh itu. Shalat sunah adalah salah satu amal ibadah yang baik sehingga ia merupakan amal saleh. Tentang amal saleh ini, umpamanya Allah SWT berfirman:
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS. Ali Imran: 57)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya. (QS. Al-Kahfi: 107-108)
Anjuran Melakukan Shalat Sunah
Seorang muslim yang benar islamnya dan seorang mukmin yang benar imannya dan berjalan di atas hidayah, di samping ia tidak pernah meninggalkan shalat wajib, ia pun akan senantiasa melaksanakan shalat-shalat sunah, baik rawatib maupun nawafil. Shalat sunah rawatib adalah shalat sunah yang mengikuti shalat wajib baik sebelumnya (qabliyah) maupun sesudahnya (ba'diyah). Sedangkan sunah nawafil adalah shalat sunah selain rawatib, seperti shalat sunah dhuha dan shalat lail.
Membiasakan shalat sunah dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadi jembatan untuk meraih mahabah dan ridha dari Sang Pencipta. Banyak bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT dengan amalan ibadah sunah akan meraih mahabah dan pertolongan dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penolong. Tentang hal ini, dalam hadis qudsi disebutkan bahwa Allah SWT berfirman melalu lisan Rasul-Nya:
ما زال عبدىيتقرب الي بالنوافل حتى أحبه فاذا أحبـبـته كنت سمعه الذى يسمع به وبصره الذى يبصر به ويده التى يبطش بها ورجله التى يمشى بها ولئن سألنى لأعطيـنه ولئن استعـاذنى لأعيـذنـه
Hamba-Ku senantiasa bertaqarub kepada-Ku melalui shalat-shalat sunah (nawafil) sampai Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku pun menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar, dan Aku menjadi matanya yang dengannya ia melihat, dan Aku menjadi tangannya yang dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Manakala ia meminta kepada-Ku maka akan Aku beri dan bilamana ia memohon perlindungan kepada-Ku maka ia pun akan Aku lindungi. (HR. Bukhari)
Demikianlah kondisi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah shalat sunah, ia dicintai oleh Allah SWT dan mendapat apa yang diminta dari-Nya. Apabila Allah SWT telah mencintai seorang hamba maka otomatis penduduk langit dan bumi pun akan mencintai orang itu sebagaimana disebutkan dalam suatu riwayat dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ قَالَ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ قَالَ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ إِنِّي أُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضْهُ قَالَ فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضُوهُ قَالَ فَيُبْغِضُونَهُ ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي الْأَرْضِ *
Rasulullah SAW bersabda: Apabila Allah SWT mengasihi seseorang hamba niscaya dia akan memanggil Jibril AS dan berfirman: Sesungguhnya Aku mengasihi orang tersebut, oleh itu kasihilah dia. Baginda bersabda: Lalu Jibril mengasihinya. Kemudian Jibril menyeru penduduk langit dengan berkata: Allah telah mengasihi orang tersebut, jadi kamu semua mestilah mengasi-hinya, lantas semua ahli langit mengasihinya. Baginda bersabda: Kemudian orang tersebut diterima oleh semua golongan yang berada di muka bumi. Apabila Allah SWT memurkai seseorang hamba, nescaya dia juga akan memanggil Jibril AS dan berfirman: Sesungguhnya Aku benci orang tersebut, oleh itu bencikanlah dia. Baginda bersabda: Lalu Jibril membencinya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah membenci orang tersebut, jadi kamu semua mestilah membencinya, lantas semua ahli langit membencinya. Kemudian dia dibenci oleh semua penghuni bumi. (HR. Muslim)
Oleh sebab itu, perbanyaklah shalat sunah, baik yang rawatib maupun nawafil agar kita menjadi orang yang dicintai Allah SWT, dirahmati, dan diridhai oleh-Nya.
Fungsi dan Kedudukan Shalat Sunah
Shalat sunah atau nawafil disyariatkan sebagai penambah dan penyempurna (penambal) jika dalam shalat wajib ada hal-hal yang kurang sempurna, di samping ia memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh amal ibadah lainnya. Tentang hal ini diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
اول ما يحاسب الناس به يوم القيامة من اعمالهم الصلاة يقول ربنا لملائكته وهو أعلم أنظروا فى صلاة عبدى أتمها ام نقصها؟ فان كانت تامة كتبت له تامة وان كانت انتقص منها شيئا قال انظروا هل لعبدى من تطوع؟ قان كان له تطوع قال أتموا لعبدى فريضته من تطوعه ثم تؤخد الأعمال على ذالك
Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali dihisab (diperhitungkan) dari amal-amal manusia pada hari kiamat adalah amal ibadah shalat. Rabb kita berkata kepada para malaikat-Nya sementara Dia Maha Mengetahui: "Lihatlah pada shalat hamba-Ku, apakah sempurna atau kurang?" Apabila shalat wajibnya sempurna maka dicatat baginya telah sempurna, dan apabila kurang sesuatu dari shalat wajibnya itu, Allah berfirman: "Lihatlah, apakah hamba-Ku ini memiliki amal ibadah shalat sunah?" Apabila ia memiliki amal ibadah shalat sunah, Allah berfirman: "Sempurnakanlah untuk hamba-Ku shalatnya yang kurang dengan amal ibadah shalat sunahnya itu." Kemudian diambillah amal-amal shalat sunah itu untuk menyempurnakan amal ibadah shalat wajib yang kurang. (HR. Abu Dawud)
Dalam riwayat dari Abu Umamah disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
ما أذن الله لعبد فى شيئ أفضل من ركعتين يصليها وإن البر ليذر فوق رأس العبد مادام فى صلاته
Allah tidak menyerukan bagi hamba-Nya sesuatu yang lebih utama daripada shalat dua rakaat. Sesungguhnya kebajikan ditebarkan di atas kepada seorang hamba selagi ia dalam shalatnya. (HR. Ahmad dan Tirmizi)
Dari kedua hadis di atas dapat disimpulkan bahwa shalat sunah memiliki fungsi dan kedudukan penting, yakni pertama, sebagai penambal (penyempurna) bagi amal ibadah fardu (wajib) apabila kurang sempurna. Kedua, sebagai amal yang paling utama yang mendatangkan kebaikan dan pahala bagi pelakunya.
Dengan demikian, shalat sunah mempunyai fungsi yang sangat besar sekali bagi kesempurnaan ibadah wajib dan bekal hidup di alam akhirat. Imam Allamah Abu Ishak As-Syairaziy berkata: ”Shalat merupakan ibadah badan yang paling utama, karena shalat adalah gabungan beberapa qurbah/ ibadah yang tidak kita dapat pada ibadah selainnya. Gabungan ibadah tersebut terdiri dari thaharah (bersuci), menghadap kiblat, bacaan, zikir kepa-da Allah, shalawat kepada Rasulullah SAW, larangan bicara dan banyak ber-gerak serta larangan khusus lainnya dalam shalat ditambah dengan larangan lain dalam ibadah selainnya. Oleh karena itu, shalat sunnah merupakan ibadah sunah paling utama dibanding ibadah sunah lainnya”.
Sikap Terhadap Shalat Sunah
Rasulullah SAW memotivasi kita untuk banyak shalat sunah, baik lewat ucapan maupun perbuatan beliau, hingga diceritakan bahwa tumit kaki beliau pernah bengkak lantaran shalat lail (tahajjud). Ketika beliau oleh Siti Aisyah ditanya mengapa sampai shalat sebanyak dan setekun itu padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak bolehkan aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?" Riwayat ini diceritakan Imam Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih.
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah SAW bagi dirinya itu, bukanlah sesuatu yang berlebihan. Karena itu, setiap perbuatan Rasulullah SAW adalah teladan yang harus kita ikuti. Akan tetapi, Rasulullah SAW pun melihat bahwa tidak semua orang bisa dan mampu mengikuti seperti apa yang beliau lakukan, sehingga beliau pun memberikan kebijakan bahwa memperbanyak shalat sunah itu bukan berarti harus berlebih-lebihan se-hingga tidak memperhatikan kondisi badan dan kemampuannya. Untuk itulah beliau menganjurkan agar bersikap pertengahan (sederhana) dalam melakukan suatu ibadah disesuaikan dengan kemampuan. Oleh sebab itu, ketika Rasulullah SAW masuk ke rumah istrinya, Aisyah, dan ada seorang wanita di tempat itu beliau bertanya: "Siapa wanita itu?" Aisyah RA menjawab: "Ini Haulah binti Tuwait yang banyak badah shalat sunahnya sehingga tidak tidur malam." Mendengar itu Rasulullah SAW bertutur:
مه عليكم بما تطيقون فوالله لا يمل الله حتى تملوا وكان أحب الدين إليه ما داوم صاحبه عليه
Mah (kata yang menyatakan kurang senang). Beribadahlah kalian sesuai dengan kemampuan dengan tidak memaksakan diri. Demi Allah, Dia tidak akan bosan menerima amal sampai kalianlah yang merasa bosan beramal. Dan kelakuan agama (ibadah) yang lebih disukai oleh Allah ialah yang dikerjakan terus-menerus. (HR. Bukhari dan Muslim)
Riwayat di atas menunjukkan bahwa di samping Rasulullah SAW memberikan tauladan (motivasi) untuk melakukan ibadah sunah, beliau pun menyuruh kita agar pertengahan dalam melakukannya. Beliau membenci orang yang berlebihan dalam ibadah, guna menjaga keseimbangan pada pribadi dan agar tidak bosan sehingga senantiasa berkesinambungan dalam pelaksanaannya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, beliau SAW menyatakan bahwa amal saleh yang paling dicintai adalah yang rutin dan terus-menerus dilakukan walaupun sedikit. Sabda beliau:
أحب الأعمال الى الله تعالى أدومها وان قل
Amal yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah yang terus-menerus dilakukan sekalipun sedikit. (HR. Muslim)
Kesinambungan dalam beramal saleh diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
واعبد ربك حتى يأتيك اليقين
Beribadahlah kalian kepada Tuhanmu sehingga datang kepadamu keyakinan (ajal kematian). (QS. Al-Hijr: 99)
Demikian pula Abdullah bin Amer bin Ash RA berkata, Rasulullah SAW berkata kepadaku:
يا عبد الله لا تكن مثـل فلان كان يقوم الليـل فترك قيـام الليـل
Hai Abdullah, janganlah kamu seperti si anu, tadinya ia suka bangun shalat lail, kemudian ia meninggalkan bangun shalat lail. (HR. Mutafaq Alaih)
Tempat Utama Pelaksanaan Shalat Sunah
Pada dasarnya melakukan shalat sunah di mana saja tidaklah dila-rang sebab bumi ini dijadikan oleh Allah SWT sebagai tempat sujud (shalat). Hanya saja Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa untuk mela-kukan shalat sunah ini ada tempat yang lebih utama sebab akan memberikan sesuatu yang lebih positif dan bermanfaat, yaitu di rumah tempat kita tinggal. Tentang hal ini Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya:
اذا صلى أحدكم الصلاة قى مسجده قليجغل لبيته نصيا من صلاته فإن الله عزوجل جاعل فى بيته من صلاته خيرا
Apabila salah seorang kalian shalat (wajib) di masjidnya, makaia hendaknya menjadikan suatu bagian shalatnya di rumahnya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan suatu kebaikan dari shalatnya itu di rumahnya. (HR. Ahmad dan Muslim)
صلاة الرجل فى بيـته تطوعا نور فمن شاء نور بيـته
Shalat sunah seseorang di rumahnya adalah nur (cahaya). Barangsiapa yang menghendaki maka terangilah rumahnya (dengan shalat sunah). (HR. Ahmad)
صلاة المرء فى بـيـته أفـضل من صلاته فى مسجدى هذا الا المكـتوبة
Shalat seorang dari kalian di rumahnya adalah lebih utama daripada shalat-nya di masjidku ini kecuali shalat wajib. (HR. Abu Dawud)
Dari hadis-hadis di atas dapat dilihat bahwa untuk shalat wajib lebih utama dilakukan di masjid (berjamaah) sedangkan untuk shalat sunah (nawafil) lebih utama dilakukan di rumah. Mengomentari hal ini, Imam Nawawi berkata: "Shalat sunah itu dianjurkan pelaksanaannya di rumah sebab rumah lebih tersembunyi dan jauh dari riya dan lebih terjaga dari perusak amal. Begitu pula agar rumah mendapat berkah dengan shalat sunah itu serta turun padanya rahmat dan malaikat serta menjauh dari rumah itu setan."
Demikianlah di antara fungsi dan kedudukan shalat sunah yang hendaknya diresapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan mengharap ridha Allah dan pertolongan-Nya, kita berharap dapat lebih banyak melakukan shalat sunah sehingga amal baik kita bertambah. Amin ya Rabbal Alamiin.
Jakarta, 23 Juni 2007
Drs. Dedi Junaedi
What is Sunah?
Talking about sunah in Islam will founded two meaning/definition, that is according to experts of ushul Jurisprudence and according to experts of Jurisprudence. Experts of ushul Jurisprudence discuss sunah in relation to the source of the law. But experts of Jurisprudence discuss sunah in relation to the legal charity act. Therefore, according to experts of ushul Jurisprudence sunah is something that comes from the Prophet SAW whatever as a good word, per-made, and his approval, in a position as a source of law syara second after the Al-Quran. While experts say sunah Jurisprudence is a legal act of the five (compulsory, sunah, unlawful, makruh, and mubah). That is a practice that when done and get a reward if they are not guilty are not.
Bukum in this discussion is the sunah (sunah prayer) is sunah Jurisprudence according to the views of experts. Therefore, it is a prayer of worship to pray sunah the legal mustahab (recommended). Jurisprudence in Islam, prayer sunah terbadai in two parts; sunah absolute muqayad and Sunnah. Sunah absolute sunah which is not bound by time and the number of rakaat. While circumcision muqayad is sunah tied with the time and the number of rakaat. Sunah muqayad this, there is a disyariatkan to follow the obligatory prayer which is called the sunah rawatib and nawafil. As reviewed in terms of implementation this prayer sunah two, sunah muakkadah and Sunnah gairu muakkadah. Sunah muakkadah the implementation sunah is really highly recommended, while sunah gairu muakkadah only sunah usual.
Shalat Sunah, One of Worship
In Al-Quran Al-Karim, Allah SWT said that He created human beings-men to worship Him. God's Word:
And I created not the jinn and mankind except that they may worship Me. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
This verse clearly shows that Allah SWT created beings, especially the jinn and mankind, is to serve, worship, and worship Him. Acts serve, worship and worship is an activity and the activity in terms of Islam is called charity. Charity when the word is associated with the activities and dedication periba-datan to Allah SWT with the charity is called worship. If the charity is good worship, Syariat means in accordance with Allah and His Messenger, and not something bid'ah he called good deeds. Meanwhile, when the charity is bad and out of the corridor Al-Quran and Sunnah Rasul so-called charity sayiat or bid'ah.
In the Al-Karim Al-Quran and As-Sunnah is not found the word charity of worship, but always found the words good deeds. But as the charity of worship that are both covered by then he said that good deeds. Shalat sunah charity is one of the worship is good and he is a good deeds. About these good deeds, for example Allah SWT said:
As for those who believe and do righteous deeds, Allah will provide them with the perfect reward practice-practice them, and Allah does not love those who do wrong. (QS. Ali Imran: 57)
Those who believe and do deeds of righteousness, for they are a paradise Firdaus into place, they will dwell in it, they do not want to move away. (Al-QS. Kahfi: 107-108)
To the suggestion Shalat Sunah
A Muslim who islamnya and a true believer in the right faith and walk on Hidayah, on the side he did not leave the obligatory prayer, he will always carry prayer-prayer sunah, both rawatib and nawafil. Sunah rawatib Shalat sunah prayer is that prayer must follow both before (qabliyah) and afterwards (ba'diyah). While sunah nawafil prayer is sunah than rawatib, such as prayer and sunah dhuha prayer lail.
Inure sunah prayer can juxtapose themselves to Allah SWT and a bridge to reach mahabah and Ridha from the Creator. Many bertaqarub (juxtapose itself) to Allah SWT with the practice of worship sunah akan mahabah reach and help of Allah the Most Forgiving and Pengasih Helpers. About this, qudsi mentioned in the Hadith that Allah SWT said through interpreter His Messenger:
ما زال عبدىيتقرب الي بالنوافل حتى أحبه فاذا أحببته كنت سمعه الذى يسمع به وبصره الذى يبصر به ويده التى يبطش بها ورجله التى يمشى بها ولئن سألنى لأعطينه ولئن استعاذنى لأعيذنه
My servant continues bertaqarub to me through prayer-prayer sunah (nawafil) until I mencintainya. When I have mencintainya then I am to be with her ears that hear it, and I become his eyes which he saw, and I become his hands with which he worked, and feet into the run with it. When he asks for to me then I will give it and when it was seeking protection to me he will protect me. (HR. Bukhari)
Thus the condition of the person who always juxtapose themselves to worship God with prayer sunah, he was loved by Allah SWT and get what is required of him. When Allah SWT has been a servant for the automatic population of heaven and earth will love him as mentioned in a history of Abu Hurairah RA that the Messenger of Allah SAW said:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله إذا أحب عبدا دعا جبريل فقال إني أحب فلانا فأحبه قال فيحبه جبريل ثم ينادي في السماء فيقول إن الله يحب فلانا فأحبوه فيحبه أهل السماء قال ثم يوضع له القبول في الأرض وإذا أبغض عبدا دعا جبريل فيقول إني أبغض فلانا فأبغضه قال فيبغضه جبريل ثم ينادي في أهل السماء إن الله يبغض فلانا فأبغضوه قال فيبغضونه ثم توضع له البغضاء في الأرض *
Rasulullah SAW said: When Allah SWT loves someone servants shall he be called and the U.S. He said: I love people, by the love your him. Mightiness said: Then He mengasihinya. He then called to the heavens and say: God loves people, so you all must mengasi-hinya, then all heaven mengasihinya experts. Mightiness said: Then the person is accepted by all classes that are in the face of the earth. When Allah SWT memurkai a servant, he also nescaya akan He called the U.S. and said, Behold, I hate these people, by the bencikanlah him. Mightiness said: Then He membencinya. He then called to the heavens with the experts say: God hates people, so you all must membencinya, then all heaven membencinya experts. Then he be detested by all the earth. (HR. Muslim)
Therefore, perbanyaklah prayer sunah, both rawatib and nawafil so that we become people who loved Allah SWT, dirahmati, and by His diridhai.
The position and function Shalat Sunah
Shalat sunah or nawafil disyariatkan as penambah and penyempurna (penambal) if in prayer must have the things that are less perfect, in addition it has a virtue that is not owned by other religious charities. About this diriwayatkan from Abu Hurairah RA that the Messenger of Allah SAW said:
اول ما يحاسب الناس به يوم القيامة من اعمالهم الصلاة يقول ربنا لملائكته وهو أعلم أنظروا فى صلاة عبدى أتمها ام نقصها? فان كانت تامة كتبت له تامة وان كانت انتقص منها شيئا قال انظروا هل لعبدى من تطوع? قان كان له تطوع قال أتموا لعبدى فريضته من تطوعه ثم تؤخد الأعمال على ذالك
Surely, something that was first dihisab (calculated) of human deeds on the Day of Resurrection is the charity of worship to pray. Rabb we said to the angels, His, He is the Knower, "Look at the worshipers to pray in me, whether perfect or not?" When the prayer wajibnya perfect record has been perfect for him, and if anything less from wajibnya prayer that, God said: "Behold, my servant whether this charity has a prayer of worship sunah?" If he has a charity sunah of worship to pray, God said, "to complete my servants who performed shalat with less charity sunahnya prayer is worship." Then diambillah deeds sunah prayer is to improve the charity of worship to pray in a less mandatory. (Abu HR. David)
In the history of Abu Umamah mentioned that the Prophet SAW had said:
ما أذن الله لعبد فى شيئ أفضل من ركعتين يصليها وإن البر ليذر فوق رأس العبد مادام فى صلاته
God does not call for His servants is something more than the main two rakaat prayer. Surely goodness ditebarkan on to a servant while he was in performed shalat. (HR. Ahmad and Tirmizi)
Hadith of the two above it can be concluded that prayer sunah have important functions and position, that is, first, as penambal (penyempurna) for worship obligatory charity (mandatory) if less than perfect. Second, as the main charities that bring goodness and reward for the perpetrators.
Thus, the function of prayer sunah have a very big one for the perfection of worship and mandatory provision in the nature of life hereafter. Allamah Imam Abu-Syairaziy As Isaac said: "Shalat is the worship of the most major, because prayer is a combination of several qurbah / worship that we can not worship at the selainnya. Combined worship consists of thaharah (Propagation), facing direction, reading, zikir kepa-da God, Peace to the Prophet SAW, and many speech restrictions-ber and movement restrictions in the special prayer plus the prohibition of worship in other selainnya. Therefore, prayer is a Sunna of worship sunah most major sunah other than worship. "
Attitudes towards Shalat Sunah
Rasulullah SAW motivate us to pray for many sunah, both through speech and deed, he, to be told that the heel feet swollen because he had to pray lail (tahajjud). When he was asked by Siti Aisyah why the prayer of setekun and that he has forgiven the sin-sin, Rasulullah SAW said: "No I can be a most grateful servant?" History is told Imam Bukhari and Muslim in the book Shahih.
What consist of Rasulullah SAW by himself for that, something that is not excessive. Therefore, any act of Rasulullah SAW is the example we should follow. However, Rasulullah SAW also see that not everyone can afford and like to follow what he did, so he also extend that policy to provide prayer sunah not mean it should be over-se-do not pay attention to body condition and abilities. Therefore, he recommends that be mid (simple) in the conduct of worship is adjusted with an ability. Therefore, when the Prophet SAW entrance to the home of his wife, Aisyah, and have a woman in that place, he asks: "Who is that woman?" RA She said: "This Haulah bint Tuwait that many badah prayer sunahnya so that does not sleep at night." Heard the Messenger of Allah SAW bertutur:
مه عليكم بما تطيقون فوالله لا يمل الله حتى تملوا وكان أحب الدين إليه ما داوم صاحبه عليه
Mah (words that express less happy). Beribadahlah you in accordance with the ability to not impose themselves. By Allah, He will not be bored to accept charity kalianlah who do feel bored. Behavior and religion (worship) that is preferred by Allah, which is ongoing. (HR. Bukhari and Muslim)
History shows that the above in addition to the Prophet SAW to provide tauladan (motivation) to perform sunah worship, he also told us that in the mid to do so. He hates people who worship in the excessive, in order to maintain balance on time and that does not always continuous, so bored in the implementation with full spirit. Therefore, he states that man good deeds is the most beloved of the routine and continue to do even less. Sabda he:
أحب الأعمال الى الله تعالى أدومها وان قل
Charity the most loved by Allah Ta'ala is constantly done even less. (HR. Muslim)
Sustainability in the work righteousness commanded by Allah SWT in His word:
واعبد ربك حتى يأتيك اليقين
Beribadahlah to your Lord so that you come to confidence (doom death). (QS. Al-Hijr: 99)
Similarly, Abdullah bin Amer bin Ash said RA, Rasulullah SAW said to me:
يا عبد الله لا تكن مثل فلان كان يقوم الليل فترك قيام الليل
Hi Abdullah, do not like something, it was like to wake up to pray lail, then leave it up to pray lail. (HR. Mutafaq Alaih)
Main place of Implementation Shalat Sunah
Basically do sunah where prayer is not just rang dila-made for this earth by Allah SWT as the prostration (prayer). But the Messenger of Allah SAW taught us that to Mela-kukan prayer sunah this have a more akan main reason to give something more positive and useful, that is in the house where we live. About this Rasulullah SAW states in sabdanya:
اذا صلى أحدكم الصلاة قى مسجده قليجغل لبيته نصيا من صلاته فإن الله عزوجل جاعل فى بيته من صلاته خيرا
If one of you to pray (mandatory) in masjidnya, makaia should be made a part performed shalat in the house. Allah Azza wa Jalla have made a virtue from the performed shalat in the house. (HR. Ahmad and Muslim)
صلاة الرجل فى بيته تطوعا نور فمن شاء نور بيته
Shalat sunah someone in the house is a nur (light). He willed the house, then terangilah (with prayer sunah). (HR. Ahmad)
صلاة المرء فى بيته أفضل من صلاته فى مسجدى هذا الا المكتوبة
One of you to pray in the main house is more than his prayer in this masjidku except compulsory prayer. (Abu HR. David)
From the Hadith-Hadith above can be seen that for the obligatory prayer is conducted in the main mosque (congregation) for the prayer while sunah (nawafil) performed better at home. On this case, the Imam Nawawi said: "Shalat sunah was recommended for implementation in the home and much more hidden from riya awake and more destructive of charity. Similarly, in order to get home with the blessing and prayer sunah down on the mercy and the angels and from menjauh house devil. "
Thus between the function and position of prayer sunah should diresapkan and implemented well. Ridha Allah with hope and help him, we hope to do more sunah prayer so that we grow both charities. Amin ya Rabbal Alamiin.
0 komentar:
Posting Komentar